Senin, 14 Mei 2012

Mengaruskan Generasi Dalam Sistem Pendidikan Visioner



* Menyambut Konferensi Intelektual Muslimah untuk Bangsa (KIMB), 20 Mei 2012
Graha Sabha Widya, Komplek Wisma Makara, UI Depok_

Negara yang besar adalah negara yang memiliki komitmen tinggi untuk merealisasikan rahmatan lil ‘alamin, yang dicirikan oleh kualitas generasi mudanya dengan kepribadian unggul sebagai ukurannya. Hal ini dalam konteks memahami keberadaan dirinya sebagai mahluk ciptaan Allah Swt.
Dalam dunia pendidikan, ada korelasi yang signifikan antara pemerintah sebagai lembaga eksekutif” dengan generasi bangsa. Sayangnya, penyelenggaraan pendidikan saat ini dapat dikatakan miskin visi. Visi yang dicanangkan hanya bersifat normatif. Hal ini karena dunia pendidikan menggunakan standar luaran dan outcome yang tidak relevan dengan potensi, kultur dan budaya bangsa. Target capaian mencerdaskan kehidupan bangsa pun tidak jelas kualifikasinya karena tidak pernah dielaborasi dengan jelas. Akibatnya, tidak ada standar baku tentang makna bangsa yang cerdas. Instrumen untuk mengukur keberhasilan PT dalam mencetak para intelektual atau para pakar di bidang ilmunya pun bersifat kuantitatif dan sangat pragmatis. Beberapa indikatornya antara lain jumlah publikasi internasional, level Scopus, jumlah penelitian dan kerjasama internasional, serta jumlah doktor dan profesor. Dalam skala mikro, indikator kinerja pembelajaran dianggap memenuhi standar mutu bila mampu menghasilkan lulusan dengan indeks prestasi tinggi (maksimal 4), waiting time for getting first job nol bulan bahkan bila perlu diinden dengan gaji pertama tinggi.
Program yang digelar oleh pemerintah melalui comprehensive partnership, misalnya, tidak dilakukan melalui studi kelayakan yang memadai tanpa memperhatikan proyeksi  ke depan terkait output dan outcome secara nasional. Intelektual dicetak tanpa proses yang benar dan berbasis pada tujuan yang hakiki karena tidak disentuhkan dengan tujuan pendidikan yang tersirat dalam visi pendidikan. Jika demikian, sangatlah tidak mungkin kita harapkan mereka mampu menyelesaikan problematika bangsa.
Hal ini mencerminkan kegagalan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa karena tidak memperhitungkan proses berfikir berbasis kesadaran akan integritas Sang Khaliq. Ada satu aspek penting yang hilang, yaitu bahwa proses pembentukan karakter (character building) selama ini tidak dijadikan unsur yang seharusnya berimbang dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan. Pemahaman akan keseimbangan antara syakhsiyah (kepribadian), tsaqofah dan ilmu kehidupan tidak dikembangkan secara proporsional. Metode penanaman dan pengkristalan pemahaman serta kesadaran anak didik terhadap pentingnya aqidah dalam proses pembelajaran telah makin langka. Pergeseran paradigma dalam visi “pencetakan” generasi yang unggul, telah terjadi secara nasional bahkan internasional. Hal ini karena semua ingin pragmatis dan instan, tanpa melalui proses yang benar dan syar’i.
Proses untuk membangun bangsa yang peduli terhadap masalah umat sangat erat kaitannya dengan upaya mencetak generasi muda sebagai agent of change. Adalah tripartite agent dengan output yang memegang teguh aqidah dan syariat, yaitu keluarga, masyarakat dan lingkungan serta pemerintah atau negara. Misi ketiga agent tersebut hanya dapat terwujud jika diimplementasikan dalam sistem yang menegakkan syariat Islam. Jaminan terhadap solusi problematika bangsa insya Allah dapat terlaksana dengan senjata tegaknya syariat Islam dalam bingkai Khilafah, aamiin.
Wallaahu a’lam bish showab [].

Presented by                : Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Chapter IPB Dramaga
Contact Person            : Nindira (0856 852 8655); Mufiidah (0856 9704 3164)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar