Selasa, 30 September 2014

Mahabharata, Film Epik yang Tak Apik

Muqodimah

Adalah Bharatayudha, perang besar di padang Kurusetra yang merupakan titik klimaks dalam cerita legenda karya Mpu Wiyasa. Diadopsi menjadi kisah pewayangan Jawa, membuat Bharatayudha tak asing di telinga masyarakat Indonesia. Sudah mendarah daging, seolah tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari rakyat pribumi. Lebih masif, para sesepuh Jawa pun mengamininya dengan mengajarkan anak cucunya nilai-nilai filosofis yang kiranya dapat diteladani dari kisah tersebut.

Bagi para siswa bersuku Jawa khususnya, rangkaian adegan hingga perang itu terjadi, telah menjadi bagian kurikulum pendidikan yang dikemas dalam mata pelajaran Bahasa Jawa, atau Bahasa Daerah. Hafalan nama-nama tokoh wayang yang terlibat di dalamnya sudah dimulai sejak anak-anak duduk di bangku kelas satu SD. Jelas, sangat potensial menggeser kisah heroik pahlawan Islam se-level Khalid bin Walid ra dalam pembebasan wilayah Syam.

Bagi pemirsa televisi, ini menjadi rasa penasaran yang tak karuan. Dari hari ke hari, mereka setia menantikan kelanjutannya. Tak pelak, popularitas namanya menanjak seiring naik daunnya film yang menggubah kisahnya. Ya, Mahabharata, film Bollywood ber-genre epos India itu kini tengah menjadi perbincangan. Kerinduan penonton yang pernah menyaksikan versi lama film ini sekitar awal tahun 1990-an, nyatanya sangat terobati ketika film yang sama diproduksi ulang dengan pembaharuan aktor dan aktris pemeran tokoh-tokohnya. Tanpa meninggalkan pakem aslinya, film ini terbukti lebih hidup. Dan tentunya makin banyak penggemar.

Bagaimana tidak? Lewat media sosial dan televisi, para penggemar Mahabharata mulai bermunculan. Bahkan, tak sedikit yang membuat fans club, baik secara global atau bagi mereka yang mengidolakan karakter tertentu (liputan6.com, 19/9).

Mahabharata Show

Gelaran akbar Mahabharata Show pun tinggal menghitung hari. Para pemeran Pandawa dan Kurawa siap bertempur di Jakarta, demikian slogan yang disajikan stasiun televisi sang pemilik hak siar di Indonesia. Yang jelas dari balik layar, si pemilik stasiun televisi yang bersangkutan tengah bersiap meraup keuntungan dalam nominal fantastis. Terlebih, film tersebut telah mengudara setiap hari. Dari Senin hingga ketemu Senin lagi.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya ANTV mengumumkan harga tiket Mahabharata Show. Ada beberapa kelas yang dijual di situs online. Masing-masing berbeda harga. Sesi pertama, jelas lebih mahal daripada sesi kedua. Karena di sesi pertama, para pemain akan tampil di adegan perang secara live. Sementara di sesi kedua, para pemain hanya akan berbincang dengan santai dan memakai baju santai.

Harga tiket Sesi I (pukul 18.15 wib, LIVE), kelas Regular Rp. 250.000, sedangkan kelas Festival Rp. 150.000. Harga tiket Sesi II (pukul 22.00 wib, Taping Lebih Dekat Dengan Pemain Mahabharata), kelas Regular Rp. 150.000, sedangkan kelas Festival Rp. 50.000. Karena itulah harga tiketnya lebih murah daripada sesi yang pertama. Sementara itu, kelas regular artinya peserta mendapat tempat duduk. Kelas festival artinya peserta berdiri.

Penjualan tiket sudah dimulai sejak 20 September lalu. Sejumlah fans sudah mendapatkannya. Tiket semua kelas sudah dijual, tinggal menanti keberuntungan, dapat tiket di kelas berapa. Mahabharata Show akan digelar pada 3 Oktober 2014. Sesi pertama dimulai pada 18.15, dan sesi kedua dimulai pada 22.00 WIB.

ANTV pun sudah memastikan bahwa akan ada beberapa pesohor Indonesia yang memeriahkan acara di sesi pertama. Namun sampai saat ini, belum diumumkan soal siapa akan jadi apa di show akbar nanti. Yang jelas, selain Shaheer Sheikh (pemeran Arjuna), Vin Rana dkk, juga akan ada Indra Bekti, Julia Perez, Jessica Iskandar, dan beberapa selebriti lainnya (kapanlagi.com, 22/9).

Pusing dengan Rating

Barangkali demikian jika sebuah program minim penonton. Namun nampaknya tidak bagi Mahabharata. Tak hanya laris manis di negeri asalnya, Mahabharata berhasil membius pemirsa Indonesia untuk duduk manis tiap malam pukul 21.00 wib.

Serial ini justru telah menjadi salah satu tayangan pilihan masyarakat Indonesia. Dan memang diakui, mendongkrak rating stasiun televisi ANTV yang menayangkannya. Rating Program Televisi Indonesia dalam akun jejaring sosialnya menayangkan Daily Rating Acara TV pada Jumat (8/8), dimana tayangan serial Mahabharata ANTV menduduki posisi kedua dengan 4.4/20.6 (sebanyak 4.4 dari 20.6 penonton acara tersebut) setelah tayangan sinetron Ganteng-Ganteng Serigala SCTV 5/20.6. Sedangkan serial kolosal India lainnya yang juga tayang di ANTV menempati posisi kelima dengan 3.7/18.1.

Corporate Secretary Intermedia Capital (IMC) ANTV, David Pardede mengakui penayangan serial Mahabharata meningkatkan daya saing stasiun televisi di bawah naungannya tersebut. ”Peningkatannya signifikan, artinya tayangan itu (serial Mahabharata) meningkatkan jumlah penonton. Salah satu andalan kita itu Mahabharata,“ kata David kepada merdeka.com, Kamis (14/8).

David mengaku, sejak penayangan serial India, utamanya Mahabharata, rating pendapatan iklan juga ikut meningkat. Namun, David tidak dapat mengungkapkan angka pasti peningkatan jumlah iklan yang masuk. “Dari sisi iklan jelas ada peningkatan karena rating naik, iklan otomatis naik, tapi saya gak hafal angkanya, itu ada di bagian riset,” imbuh David.

Beberapa stasiun televisi kini mulai membuat dan menayangkan program serupa. Meski demikian, David mengaku hal tersebut tidak membuat stasiun televisi milik Aburizal Bakrie (Ical) ini gentar. David mengklaim bahwa ANTV selalu berusaha mencari inovasi tayangan yang unik dan menjadi pilihan bagi penonton Tanah Air. 

David mengaku, selain serial asal tanah Hindustan, ANTV sudah memiliki tayangan lain yang juga sudah menjadi unggulan. "Selain Mahabharata yang menjadi program unggulan kita masih Facebookers dan kartun anak-anak, itu masih menjadi unggulan kita," jelas David. Diakui, pihaknya masih akan menayangkan beberapa program serupa dan sudah menyiapkan program lain untuk menjadi unggulan (merdeka.com, 16/8).

Mahabharata dkk, Menggerus Aqidah Sejak Dini

Rating dan kepentingan finansial, begitulah sistem demokrasi menjamin kelangsungan hidup ide liberal. Kebebasan telah menjadi komoditi yang mendatangkan uang. Akhirnya, apa pun bisa jadi jalan. Jauh sebelum Mahabharata, ANTV sudah intensif menayangkan film kartun bernafas Hindu. Sebutlah film kartun bertokoh utama Krishna dan Bima yang ditampilkan sebagai sosok anak kecil pembela kebenaran.

Terang sudah, ini memuluskan jalan penggerusan jati diri anak-anak muslim dari aqidah Islamnya. Tayangan visual semacam ini sangat mudah dikonsumsi karena mata adalah alat indera yang mereka gunakan untuk menyaksikannya. Bentuk visual sajian televisi yang diterima oleh panca indera, akan diolah oleh akal hingga menjadi sebuah pemahaman dan perilaku. Mulai dari mata, makin teracuni saja pemikiran mereka dengan hal-hal dari luar Islam. Lebih parahnya, tingkah laku mereka juga ikut tercemar karena menjadikan tokoh-tokoh fiktif dari luar Islam tersebut sebagai panutan, yang biasanya dianggap sebagai standar.

Anak-anak muslim akan lebih kenal kisah dan tokoh bukan muslim dibandingkan tokoh-tokoh muslim seperti Rasulullah saw dan para shahabat. Jika demikian adanya, bagaimana mungkin mereka tergugah dengan kerinduan kepada Rasul saw? Pun kerinduan pada tegaknya Khilafah, jika keyakinan terhadap bisyarah Rasul saw tak menjadi ghoyatul ghoyah (tujuan dari segala tujuan) dalam melanjutkan kehidupan Islam. Firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (TQS Al-Ahzab [33]: 21).

Mengkritisi hal ini, tepatlah kiranya konsep hadlarah dan madaniyah yang disajikan Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab Nizhomul Islam. Hadlarah adalah sekumpulan mafahim (ide yang dianut dan mempunyai fakta) tentang kehidupan, sedangkan madaniyah adalah bentuk-bentuk fisik dari benda-benda yang terindera yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Hadlarah bersifat khas, terkait dengan pandangan hidup. Sementara madaniyah bisa bersifat khas, bisa pula bersifat umum untuk seluruh umat manusia.

Bentuk-bentuk madaniyah yang dihasilkan dari hadlarah, seperti patung, termasuk madaniyah yang bersifat khas, sedangkan bentuk-bentuk madaniyah yang menjadi produk kemajuan sains dan perkembangan teknologi/industri tergolong madaniyah yang bersifat umum, milik seluruh umat manusia. Bentuk madaniyah yang terakhir ini bukan milik umat tertentu, akan tetapi bersifat universal seperti halnya sains dan teknologi/industri.

Dari penjelasan ini, Mahabharata dkk terkategori hadlarah dari luar Islam, karena kental dengan visualisasi ritual dan budaya Hindu. Umat Islam haram mengambilnya, termasuk meniru dan mengaplikasikannya dalam kehidupan. Firman Allah Swt berikut ini hendaknya menjadi pengingat: “...Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (TQS Al-Hasyr [59]: 7).

Titik klimaks Mahabharata ternyata bukan Perang Bharatayudha, tapi pada penggerusan aqidah anak-anak muslim. Karena mereka merindukan penayangan filmnya setiap hari. Namun jika ayat-ayat Allah di atas dikesampingkan, jelaslah generasi muslim takkan lagi bangga sebagai kaum muslimin. Padahal, jati diri bangsa Indonesia adalah muslim. Buktinya, negeri ini memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.

Televisi, Penyaji Kebebasan Berekspresi, Merusak Generasi

Kini, media televisi telah menjadi alat bagi sistem demokrasi untuk menghasilkan keuntungan materi dan menyebarkan ide-ide rusaknya. Maka perlu counter attack oleh Islam. Karena bagaimanapun, peran penting media massa di dalam masyarakat, khususnya Daulah Khilafah, tidak boleh dipandang rendah. Hal ini karena tugas media massa adalah untuk melaksanakan kewajiban menegakkan yang makruf dan mencegah yang munkar, yang juga merupakan tugas dari semua warga negara. Rasulullah SAW bersabda:  “Demi Dia yang nyawaku berada di tangan-Nya, kalian wajib menyeru pada kebaikan dan mencegah kemunkaran, atau (kalau hal itu tidak dilakukan) Allah akan menimpakan siksa-Nya atasmu dan jika engkau memohon pada-Nya, maka Dia tidak akan menjawab doamu.

Lebih lanjut, media dan informasi erat kaitannya dengan perjalanan pembentukan sebuah generasi bangsa. Maka, media informasi selayaknya berperan untuk menggambarkan Islam dengan benar dan membina kepribadian generasi sehingga terdorong untuk hidup dengan cara yang Islami dan menjadikan syariah Islam sebagai tolok ukur dalam segala kegiatan hidupnya.

Faktanya, semua film dalam rangkaian program berjuluk ANTV Kingdom padat makna perusakan aqidah Islam karena memuat hadlarah bukan Islam, melainkan Hindu. Selain Mahabharata, sebutlah The Adventure of Hatim, Jodha Akbar, Ramayana, dan Mahadewa. Atas nama kebebasan berekspresi plus capaian rating dan nominal laba, sistem demokrasi nan segera mati di negeri ini telah menghalalkan semuanya untuk disiarkan. Maka, bukankah ini penyebaran kemaksiatan yang efektif dan efisien?

Televisi sebagai media informasi hendaknya berperan dalam mengungkap kesalahan pemikiran, paham, dan ideologi serta aturan-aturan sekuler. Dengan cara itu, generasi bangsa akan menjadi paham tentang mana yang benar dan mana yang salah, serta terhindar dari pemikiran, pemahaman, dan gaya hidup yang tidak Islami. Bila generasi  memiliki pemahaman Islam yang tinggi, maka mudah bagi negara untuk mandiri dengan menyingkirkan nilai-nilai sekularisme dan mengokohkan nilai-nilai Islam yang agung itu di tengah masyarakat.

Informasi yang sehat merupakan perkara penting bagi negara, yaitu untuk menyatukan negeri-negeri Muslim dan mengemban dakwah Islam ke seluruh umat manusia. Adanya strategi informasi yang spesifik untuk memaparkan Islam dengan pemaparan yang kuat dan membekas akan mampu menggerakkan akal manusia agar mengarahkan pandangannya pada Islam serta mempelajari dan memikirkan muatan-muatan Islam. Hal ini dilakukan dengan dikeluarkannya undang-undang yang menjelaskan garis-garis umum politik negara dalam mengatur informasi sesuai dengan ketentuan hukum-hukum syariah. Semua dalam rangka membangun masyarakat Islami yang kuat, selalu berpegang teguh dan terikat dengan tali agama Allah Swt, serta menyebarluaskan kebaikan dari dan di dalam masyarakat Islami tersebut.

Tak bisa disangkal, peran media massa cukup mempengaruhi kehidupan masyarakat. Opini atau keputusan kita selaku warga negara atau sekedar penyimak media berkorelasi dengan pola kita mengkonsumsi media. Maka sungguh, televisi memang potensial menjadi salah satu sarana propaganda, bahkan dijamin mampu mencuci otak dan menipu pola pikir.

Dalam Islam, televisi sebagai sebuah alat dan juga media informasi, merupakan hasil perkembangan teknologi, sehingga termasuk ke dalam madaniyah umum. Sejatinya, televisi boleh (mubah) digunakan seluas-luasnya oleh manusia, siapapun dia. Aktivitas menonton televisi juga mubah selama tayangannya tidak memuat hadlarah selain Islam. Ini sebagaimana kaidah syara’ terkait dengan hukum benda dan hukum perbuatan. Bahwa “Setiap benda adalah mubah sampai ada dalil yang mengharamkannya”, dan “Hukum asal perbuatan manusia adalah terikat dengan hukum syara” (Kitab Ushul Fiqih).

Sebagai sesuatu yang bersifat mubah (boleh), jika tidak menonton televisi sejatinya tidak menyebabkan dosa sebagaimana meninggalkan sholat fardhu ataupun aktivitas dakwah. Definisi mubah adalah sesuatu yang di dalamnya terdapat pilihan, antara melakukan atau meninggalkannya (Kitab Nizhomul Islam). Namun dengan status tayangan ANTV Kingdom sebagai hadlarah yang bukan berasal dari Islam, jangan ragu untuk meninggalkannya.

Khatimah

Penggunaan televisi sebagai salah satu jenis madaniyah, hendaknya berperan menampilkan kemampuan dan kekuatan Islam dalam mewujudkan rahmatan lil alamin, bukan menampilkan akses yang diharamkan. Mengingat media televisi saat ini masih menjadi bagian produk andalan media massa kapitalistik-sekuler yang berstandar kebahagiaan duniawi yang semu. Walhasil, berdasarkan uraian di atas, sah-sah saja menonton televisi. Akan tetapi, harus proporsional, tidak kebablasan, dan sesuai aturan Islam. Wallaahu a’lam bish showab []

Kamis, 06 Maret 2014

Suara Hati untuk Crimea

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si

Ukraina, Krisis Terbesar Eropa di Abad XXI

Krisis Ukraina yang melahirkan ketegangan di Semenanjung Crimea menuai reaksi keras negara-negara Eropa. Hal itu terjadi karena Kremlin semakin kuat menancapkan cengkeraman militernya di wilayah Ukraina yang sebagian besar penduduknya berasal dari Rusia tersebut. Inggris pun melayangkan protes serius.

Menteri Luar Negeri Inggris William Hague berkunjung ke Kota Kiev. Dalam wawancara dengan stasiun radio BBC, ia menyatakan bahwa konflik politik yang membelit Ukraina selama sekitar tiga bulan terakhir itu merupakan krisis terburuk Eropa. ”Sulit untuk mengukur semua ini. Tapi, ini jelas krisis terbesar Eropa sepanjang abad ke-21 ini,” paparnya.

Untuk menyelesaikan krisis di Ukraina itu, menurutnya, masyarakat Eropa harus mengerahkan energi diplomatik yang besar. Kemarin dia mengimbau Kremlin untuk menarik seluruh kekuatan militernya dari Crimea. Sebab, masyarakat Eropa ingin menyelesaikan krisis tersebut secara damai. Jika Moskow tidak mengindahkan peringatan itu, pemerintahan Presiden Vladimir Putin harus menanggung konsekuensi.

Negara-negara Eropa anggota G-8, lanjutnya, bakal membuat Moskow menanggung dampak campur tangan atas krisis Ukraina. Caranya, negara-negara tersebut akan memboikot pertemuan tingkat tinggi G-8 yang bakal berlangsung di Kota Sochi pekan ini. ”Akan ada dampak diplomatik yang bahkan sudah kami persiapkan sejak sekarang,” ungkapnya.

Selain Inggris dan negara-negara Eropa anggota G-8, Hague mengungkapkan bahwa negara-negara anggota G-8 lain siap mengambil langkah diplomatik serupa terhadap Rusia. Negara-negara itu adalah Amerika Serikat (AS), Jepang dan Kanada. “Dunia tidak akan membiarkan semua ini berlangsung lama. Tidak ada satu negara pun yang mengizinkan suatu bangsa melanggar kedaulatan bangsa lain,” tuturnya.

Seolah tidak terpengaruh dengan kecaman Inggris dan beberapa negara Eropa lain itu, Rusia tetap menegaskan dukungannya terhadap Viktor Yanukovych. Politikus pro-Kremlin yang tergusur dari kursi presiden pada 23 Februari tersebut kembali mengumumkan bahwa dirinya masih menjadi presiden sah Ukraina. Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev, juga memaklumatkan pernyataan yang sama. ”Yanukovych memang tidak lagi punya kuasa. Tapi, secara konstitusi, dia masih tetap menjadi kepala negara Ukraina yang sah,” terangnya.

Medvedev juga menerangkan bahwa Kremlin tidak mengakui kekuatan pemerintahan baru Ukraina yang kini dipimpin PM Arseniy Yatsenyuk. Menurutnya, oposisi Ukraina telah melanggar konstitusi yang berlaku di negara merek sendiri. Hingga kemarin, Yanukovych masih menghuni Sanatorium Barvikha yang terletak di pinggiran ibu kota Rusia. Pekan lalu Kremlin mengabulkan permohonan lawan politik Yulia Tymoshenko tersebut untuk mendapat jaminan keamanan dan keselamatan selama berada di Rusia. Moskow yakin bahwa Yanukovych hanya menjadi korban rekayasa politik Ukraina. Karena itu, Kremlin akan terus memberikan dukungan kepada presiden yang terguling. Pasukan Rusia yang menginvasi Crimea semakin melebarkan kekuatannya di semenanjung yang berpenduduk lebih dari 2 juta jiwa tersebut (jpnn.com, 05/03/2014).

Mengapa Crimea?

Ada enam hal yang menjadi pertimbangan Presiden Rusia Vladimir mempertahankan Ukraina masuk dalam lingkaran Rusia meski fakta sejarah menunjukkan bahwa Ukraina sudah melepaskan diri dari Uni Soviet pada 1 Desember 1991. Catatan ihwal tersebut berasal dari laman Business Week pada Senin (03/03/2014):

1. Perdagangan

Sejak awal, Vladimir Putin menginginkan agar Ukraina masuk dalam persatuan bea cukai dengan Belarus, Kazakstan, dan segera, Armenia. Putin terkesan gentar dengan makin meluasnya blok perdagangan Uni Eropa. Namun, ambisi ini memang berseberangan dengan mayoritas keinginan 46 juta rakyat Ukraina yang justru ingin bergabung dengan blok Eropa Barat itu.

Alhasil, meski menempatkan sekutunya, presiden terguling Viktor Yanukovych, di tampuk utama kekuasaan Ukraina, hasrat Vladimir Putin terjungkal di hadapan mayoritas rakyat Ukraina. Aksi demonstrasi menentang pilihan Yanukovych untuk tetap bersekutu dengan Rusia menjadi pemicu awal krisis politik Ukraina.

2. Sejarah

Catatan sejarah teramat panjang sudah terjalin antara Rusia dan Ukraina. Adalah hari kemenangan terhadap Kekaisaran Ottoman (Turki Utsmaniy) pada abad 11 dan 12 silam yang sohor dengan nama KIevan Rus. Lantaran kegemilangan itulah terjadi keterikatan sejarah yang mengklaim bahwa Rusia, Belarus, dan Ukraina adalah satu nenek moyang.

3. Kenegaraan

Ada catatan dari harian bisnis Negeri Beruang Merah Kommersant pada 2008. Kala itu, Vladimir Putin pernah mengatakan kepada Presiden AS George W Bush bahwa Ukraina sejatinya tidak pernah menjadi negara. Soalnya, sejak 900 tahun hingga Hari Kemerdekaan Ukraina, sebagian besar wilayah Ukraina menjadi wilayah kontrol Polandia, Lituania, Crimea, Austria, Hongaria, Jerman, dan tentu saja Rusia. “Sampai sekarang, Ukraina itu adalah Rusia Kecil,” kata Vladimir Putin.

4. Crimea

Crimea adalah republik otonomi Ukraina di tepi Laut Hitam. Sampai dengan 1954, Crimea adalah bagian dari Rusia. Crimea pun menjadi bagian dari Uni Soviet. Sampai kini, mayoritas warga Crimea adalah etnis Rusia. Belum ada catatan pasti mengapa Rusia seolah memberikan Crimea begitu saja kepada Ukraina.

5. Angkatan Laut

Sudah sejak 13 Mei 1783, pada masa Pangeran Petomkin dari Kekaisaran Rusia, Angkatan Laut (AL) Rusia menempatkan armadanya di Pelabuhan Sevastopol, wilayah Crimea saat ini. Pelabuhan itu sekarang cuma berjarak 200 mil dari Sochi, pusat perhelatan Olimpiade Musim Dingin 2014.

Catatan menunjukkan, armada AL Rusia di Laut Hitam adalah basis Rusia menghadapi musuh yang menghadang dari arah Laut Hitam. Begitu pentingnya posisi ini sehingga Sevastopol menjadi satu dari sekian poin negosiasi tatkala Rusia memasok kebutuhan gas Ukraina.

6. Energi

Rusia saat ini sangat bergantung pada penjualan gasnya ke Eropa. Jalur pipa gas untuk ekspor itu melalui Ukraina. Jalur ini terbilang yang terbesar dalam ekspor gas Rusia itu.

Info termutakhir ihwal gas itu adalah rencana perusahaan gas negara Rusia, Gazprom, membangun jalur pipa gas Lintas Selatan alias menyeberangi Laut Hitam menuju Bulgaria. Kalau proyek ini terwujud, ekspor gas Rusia ke Eropa tak perlu melintasi Ukraina (kompas.com, 03/03/2014).

Sejarah mencatat, bahwa pembebasan-pembebasan negeri yang dilakukan oleh Turki Utsmaniy terhadap Eropa, pernah menjadi problem yang paling menakutkan Barat. Ironisnya di balik itu, justru tengah terjadi kondisi stagnan meliputi seluruh dunia Islam, di mana aktivitas dakwah ditelantarkan/ditinggalkan. Maka, gelora Islam dalam dada kaum Muslim pun menjadi padam. Keadaan ini menyebabkan hilangnya kewibawaan kaum Muslim di mata musuh-musuh mereka. Pada saat itu pula dilancarkan perang pemikiran dan serangan misionaris. Perang pemikiran ini disertai berbagai serangan politik, yang bertujuan untuk memecah-belah Daulah Islam menjadi beberapa bagian, dan mencabik-cabik dunia Islam, kemudian mengikisnya. Kerja keras mereka akhirnya berhasil dengan gemilang.

Pada Perjanjian Caterina (1762-1796 M), Rusia memerangi Daulah Utsmaniyah dan berhasil mengalahkannya, lalu membagi-bagi sebagian wilayahnya. Rusia berhasil merampas kota Azov dan Semenanjung Crimea; menguasai seluruh Lembah Utara Laut Hitam, dan mendirikan kota Sevastopol sebagai pertahanan semenanjung Crimea; serta membangun pelabuhan dagang Odessa di Laut Hitam. Dengan demikian, Rusia menjadi pemain penting dalam percaturan politik luar negeri Daulah Utsmaniyah dan pemegang kendali Imperium Rumania. Rusia menyatakan bahwa dirinya penjaga ajaran Masihiah di Daulah Utsmaniyah. Pada tahun 1884 M, Turkestan memisahkan diri dari Turki, dan akhirnya Rusia pun sepenuhnya berhasil menguasai daerah itu (Kitab Daulah Islam).

Barat Memecah-belah Dunia Islam

Agresi kepada dunia Islam tidak hanya dilakukan Rusia, namun meluas hingga melibatkan hampir semua negara Barat. Akibatnya, daerah-daerah di wilayah Daulah Utsmaniyah dipaksa tunduk pada pemerintahan kufur sebagai daerah jajahan. Lebih parah lagi, serangan Barat tidak cukup sampai di sini. Penjajahan terus meluas dengan mencaplok wilayah-wilayah Daulah yang masih belum terjajah. Gelombang serangan bangsa-bangsa Barat di seluruh wilayah Islam semakin meningkat, sampai semuanya jatuh di bawah kendali Barat. Barat pun bagai di atas angin. Mereka merasa bahwa serangan Salib selalu diperbaharui dengan tetap menjaga kemenangan demi kemenangan.

Akhirnya kaum Muslim sibuk membendung gelombang pasukan besar Barat atau berupaya meringankan tekanannya. Maka, muncullah gerakan-gerakan perlawanan terhadap Barat di wilayah-wilayah Islam. Semua itu sebenarnya menunjukkan potensi kekuatan yang terpendam dalam tubuh dunia Islam, meski dari luar tampak diam dan lemah. Hanya saja, gerakan-gerakan atau usaha-usaha ini akhirnya padam dan tidak berhasil menyelamatkan dunia Islam serta menghentikan pendudukan dan serangan Barat. Barat masih melanjutkan serangannya dengan dua kekuatan utama: politik dan tsaqafah.

Barat tidak hanya memecah-belah wilayah dunia Islam menjadi beberapa bagian, tapi juga menikam dari dalam Daulah Utsmaniyah yang notabene adalah Daulah Islam. Barat memicu bangkitnya gerakan-gerakan kebangsaan di dalam tubuh Daulah Utsmaniyah. Isu penjajahan oleh ‘bangsa asing’ dijadikan alat penggerak oleh Barat untuk membangkitkan bangsa-bangsa di negeri-negeri Muslim. Hal ini berakibat pada payung Daulah Utsmaniyah sebagai Daulah Islam terlipat dari daerah Balkan, Pulau Kreta, Siprus dan sebagian besar pulau di Laut Tengah.

Bangsa-bangsa Barat dalam melakukan aksinya menggunakan berbagai macam kekejian. Kaum Muslim di Balkan dan kepulauan Laut Tengah, Georgia, Bosnia, Chechnya, dan daerah-daerah lainnya; mereka diteror, dihantam dan diusir dari rumah-rumah mereka secara keji. Padahal, mereka adalah putra-putra pahlawan kaum Muslim yang tidak rela tunduk pada pemerintahan kufur. Mereka lari dengan membawa agama Islam ke perkampungan-perkampungan Islam dan Pemerintahan Islam.

Apakah Barat berhenti sampai di sini saja? Tidak! Bahkan, dengan berbagai sarana yang samar, Barat membangkitkan gerakan-gerakan pemisahan dan pemecah-belahan umat Islam dari kesatuan Negara, dengan meniupkan perbedaan antara Turki dan Arab. Mereka disulut untuk mengadakan gerakan-gerakan kebangsaan. Barat terus-menerus menggerakkan, bahkan membantu mereka mendirikan partai-partai politik berkebangsaan Turki dan Arab, seperti Partai Turki Muda, Partai Persatuan dan Kemajuan, Partai Kemerdekaan Arab, Partai Keamanan, dan partai-partai lainnya. Partai-partai inilah yang menyebabkan kondisi dalam negeri Daulah Islam mengalami goncangan dan tidak stabil.

Goncangan-goncangan di balik berbagai tragedi dalam negeri, oleh Barat diikuti dengan berbagai serangan dari luar sampai meletusnya Perang Dunia I, yang memberi kesempatan terbuka bagi Barat untuk menyerang langsung dunia Islam. Dalam kesempatan ini Barat berhasil menguasai sisa-sisa wilayah Daulah Islam, menghabisi, dan menenggelamkannya dari permukaan dunia. Daulah Utsmaniyah terseret dalam Perang Dunia I, yang berakhir dengan kemenangan sekutu dan kehancuran Daulah Islam. Pasca perang, Barat mengkapling-kapling seluruh dunia Islam layaknya harta jarahan. Tidak ada Daulah Islam yang tersisa kecuali Turki, yang telah menjadi negara kecil dengan sebutan Negara Turki. Setelah perang berakhir pada tahun 1918 M, Turki hidup di bawah belas kasihan Barat hingga tahun 1921 M, yaitu ketika Turki mampu memerdekakan diri setelah memberi jaminan terlebih dahulu pada sekutu dengan penghapusan Daulah Islam (Kitab Daulah Islam).

Khatimah

Dinna Wisnu, PhD (Co-Founder & Direktur Pascasarjana Bidang Diplomasi, Universitas Paramadina) menyatakan bahwa bagi kita di Indonesia, krisis di Semenanjung Crimea mengingatkan akan kondisi domestik bahwa suatu negara-bangsa tak bisa sepenuhnya lepas dari pengaruh eksternal, apalagi jika secara historis dan demografis ada ikatan batin dengan penduduk atau pemerintahan di belahan wilayah lain di dunia. Kita mungkin tergerak untuk mengutuk Rusia, tetapi di sisi lain penduduk Crimea punya hak juga untuk menolak perluasan kekuatan militer AS dan Eropa di wilayahnya. Artinya bila Crimea memutuskan untuk merdeka pun hal itu merupakan hak mereka dan tidak boleh diintervensi (koran-sindo.com, 05/03/2014).

Namun, cukupkah?

Demikianlah, dunia sengaja melupakan bahwa sesungguhnya Crimea adalah salah satu negeri Muslim. Keberadaan dan keterjajahannya membutuhkan suara pembelaan dari seluruh kaum Muslimin. Karenanya, Crimea memerlukan peran kaum Muslimin. Tiada lain, bagi Crimea hanyalah satu solusi dalam naungan satu payung, Daulah Khilafah Islamiyyah. Yaitu dengan mengembalikan posisinya sebagai bagian dari dunia Islam. Crimea tidak butuh kesatuan latar belakang etnis dengan Rusia, tidak butuh kemerdekaan secara khusus dari Ukraina, dan bukan pula resolusi PBB. []

Kamis, 13 Februari 2014

Hanya Singa yang Mampu Membungkam Negeri Singa

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si

KRI Usman-Harun merupakan 1 dari 3 kapal perang tipe F2000 Corvette yang didatangkan Indonesia dari Inggris. Selain KRI Usman-Harun 359, Indonesia juga memberi nama 2 kapal perang lainnya: KRI Bung Tomo 357 dan KRI John Lie 358. Namun, belum lagi dioperasikan oleh TNI Angkatan Laut, Singapura sudah ribut. Negeri jiran itu mengajukan protes karena nama Usman dan Harun mereka nilai bisa menyakiti hati rakyatnya yang menjadi korban peledakan MacDonald House di Orchad Road pada 10 maret 1965 silam.

Indonesia tegas-tegas tak mau mengubah nama itu. Nama KRI Usman-Harun diambil melalui prosedur. Singapura memang menganggap Usman dan Harun sebagai teroris. Namun tidak bagi Indonesia, kedua prajurit Korps Komando Operasi (KKO-sekarang marinir) itu adalah pahlawan nasional. Namanya sangat layak diabadikan, sehingga negara lain tak ada urusan soal nama kapal perang itu (news.liputan6.com, 13/02/2014).

Senjata-senjata Canggih di KRI Usman-Harun-359

KRI Usman-Harun-359, kapal buatan BAE System Maritime-Naval Ships, Inggris, ini dilengkapi sejumlah senjata. Berdasarkan data, kapal perang tipe F2000 Corvette ini memiliki 1 meriam Oto Melara 76 mm, 2 meriam MSI Defence DS 30B REMSIG 30 mm, dan peluncur tripel torpedo BAE Systems 324 mm untuk perang atas air dan bawah air. Selain itu, dilengkapi pula dengan 16 tabung peluncur peluru kendali permukaan-ke-udara VLS MBDA MICA (BAE Systems), 2 set 4 tabung peluncur peluru kendali MBDA (Aerospatiale) MM-40 Block II Exocet. Dua sistem arsenal inilah yang cukup mengganggu pertahanan musuh, baik dari udara ataupun permukaan laut.

Sistem kesenjataan bawah lautnya juga cukup menggentarkan lawan hingga jarak sejauh 50 kilometer dari titik peluncuran. Selain KRI Usman-Harun-359, senjata-senjata itu juga terpasang pada 2 kapal perang lain yang juga dipesan Indonesia dari Inggris: KRI Bung Tomo-357 dan KRI John Lie-358. BAE System Maritime-Naval Ships melengkapi ketiga kapal perang itu dengan pengarah senjata elektro-optik Ultra Electronics/Radamec Series 2500, radar penjejak I/J-band BAE Insyte 1802SW I/J-band, radar navigasi Kelvin Hughes Type 1007, radar Thales Nederland Scout, dan penangkal serangan Thales Sensors Cutlass 242. Untuk keperluan perang bawah air dari serbuan dan intipan kapal selam, kapal-kapal perang ini dilengkapi radar berbasis sonar di lambung Thales Underwater Systems TMS 4130C1, radar permukaan dan udara E-band dan F-band BAE Systems Insyte AWS-9 3D. Inilah salah satu sebab personel pengawaknya cukup banyak. Tiap kapal memerlukan 79 personel termasuk sang komandan kapal.

Dengan karakter korvet yang cukup “mini” namun sarat persenjataan, kapal perang berbobot kosong hampir 2.000 ton ini pas untuk keperluan patroli jarak dekat-menengah dan kawal-sergap. Apalagi kecepatannya cukup mumpuni, yaitu hingga 30 knot perjam berkat dorongan empat mesin diesel MAN B&W/Ruston yang memancarkan tenaga total 30,2 MegaWatt dari 2 poros baling-balingnya.

Di atas kertas, sekali pengisian penuh bahan bakar dan logistiknya, jarak tempuhnya pada kecepatan ekonomis 12 knot perjam adalah 5.000 mil laut. Kalau ini benar-benar diterapkan, maka jarak Sabang-Merauke bisa ditempuh dalam 18 hari layar. Dengan perhitungan jarak tempuh peluru kendali MM-38 Block III Exocet menjangkau 180 kilometer, maka jarak 5.000 mil laut alias 9.000 kilometer darat itu memerlukan 50 titik peluncuran peluru kendali secara simultan.

Jika KRI Usman-Harun-359 berada 25 mil laut dari perairan kedaulatan Singapura, peluru kendali buatan Prancis berkecepatan suara itu perlu waktu kurang dari 10 detik untuk mengenai sasaran di negara pulau itu sejak diluncurkan dari tabung peluncurnya di kapal (news.liputan6.com, 13/02/2014). Pantaslah jika Singapura dag-dig-dug.

Nasionalisme bukan Solusi Menghadapi Singapura

Sikap Singapura ini tak pelak juga membuat Panglima TNI, Jenderal Moeldoko, meradang. “Saya tidak terima kalau Usman-Harun itu dinyatakan sebagai teroris. Mereka (Usman dan Harun) Marinir kok,” kata Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko. Menurut dia, pemberian nama Usman-Harun pada kapal perang itu bukan untuk membangkitkan emosi warga Singapura. Nama itu dipilih berdasarkan histori yang menempatkan kedua prajurit itu sebagai pahlawan.

Moeldoko menambahkan, sebenarnya konflik Indonesia dan Singapura terkait Usman dan Harun telah usai setelah Perdana Menteri Singapura Lee Kwan Yew melakukan tabur bunga di atas pusara Usman dan harun di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada 1970-an yang lampau. “Secara historikal dalam hubungan atas insiden kejadian Usman-Harun sebenarnya pada tahun 70-an kehadiran Lee Kuan Yew tidak saja menempatkan bunga tapi menabur bunga. Sebenarnya hubungan psikologis sudah dianggap selesai,” jelas Moeldoko.

Akibatnya, tim pesawat akrobatik TNI AU yang akan berlaga pada Singapore Airshow 2014 batal tampil. Pembatalan itu dilakukan sepihak oleh pihak Singapura. “Ada undangan awalnya dibatalkan sepihak. Enggak apa-apa silakan dibatalkan,” kata Moeldoko. Menurut Moeldoko, awalnya undangan itu ditujukan untuk 100 lebih perwira. Tapi karena ada pembatalan, maka semuanya urung hadir.

Indonesia sudah mengirim Tim Jupiter untuk andil bagian dalam Singapore Airshow 2014 yang digelar pada Februari ini. Namun karena dibatalkan, tim aerobatik itu akan ditarik lagi ke Indonesia. “Jupiter akan tampil apabila diberi jadwal. Jika tidak, saya akan tarik,” ujar Moeldoko. Padahal, saat ini, personel sudah berada di Singapura, namun karena dibatalkan akan ditarik dan segera dipulangkan. Singapura juga membatalkan dialog pertahanan dengan Indonesia sebagai buntut penamaan KRI Usman-Harun oleh TNI AL (news.liputan6.com, 10/02/2014).

Ramainya berita KRI Usman-Harun, membuat sejumlah pihak dari luar TNI angkat bicara. Tak hanya Istana, politisi dari sejumlah partai peserta Pemilu pun ambil suara. Namun, dari semua suara memprotes sikap Singapura ini takkan bertahan lama selama semangat yang diopinikan sebatas nasionalisme. Karena bagaimanapun, Indonesia masih memiliki sejumlah hubungan bilateral di bidang yang lain dengan Singapura. Terlebih jelang Pemilu, kestabilan hubungan bilateral ini tetap harus dijaga agar Indonesia tidak kehilangan arah dalam meneruskan sistem kapitalisme bagi rezim berikutnya. Padahal, sikap Singapura terkait KRI ini tak lain adalah penghinaan.

Di satu sisi, jika Indonesia tetap melanjutkan hubungan baik dengan Singapura, maka sesungguhnya ini sama saja dengan sikap mengandalkan kekuatan asing yang barangkali tanpa sadar merupakan bentuk pengkhianatan kepada rakyat, dengan notabene mayoritas muslim. Mengikatkan urusan kita dengan selain kita sejatinya adalah bunuh diri politik. Sementara di sisi lain, jika kita mengandalkan kekuatan sendiri namun bernafas nasionalisme, maka ini juga racun. Karena nasionalisme inilah yang justru memecah belah umat muslim dunia, sehingga tidak memungkinkan mereka bangkit untuk membela diri saat dihina seperti Indonesia saat ini. Akibatnya, negeri ini jadi makin kehilangan jati diri.

Maka dari itu, di sinilah pentingnya posisi ideologi (mabda’) bagi sebuah negara. Dengannya, jati diri negara menjadi nampak, tidak simpang siur, sehingga dapat menentukan sikap politik dengan benar dan tegas (Kitab Takattul Hizbiy). Mengingat ideologi adalah aspek yang akan berpengaruh terhadap negara yang menganutnya, dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap hubungan internasional serta posisi internasionalnya (Kitab Mafahim Siyasi).

Potensi Menjadi Negara Adidaya

Dengan spesifikasi persenjataan di atas, bukan sesuatu yang aneh jika KRI Usman-Harun membuat bangsa lain ketar-ketir. Terlebih, sudah menjadi rahasia umum bahwa Singapura adalah negara satelit di mana negara adidayanya adalah Amerika Serikat di wilayah Selat Malaka (Buku Meretas Jalan Menjadi Politisi Transformatif). Negara satelit sendiri merupakan negara yang politik luar negerinya terikat dengan negara lain dalam ikatan kepentingan, bukan ikatan sebagai pengikut (Kitab Mafahim Siyasi).

Sejumlah fakta pun dilansir media massa. Diantaranya, Indonesia yang ternyata memiliki kekuatan militer dengan peringkat 15 besar dunia. Dalam analisisnya, Global Fire Power (GFP) sebagai sebuah lembaga monitor militer yang kredibel, mengatakan militer Indonesia dapat melakukan konter teroris di dalam negeri dan dapat melakukan invasi ke negara lain. Kekuatan Militer Indonesia ini dibandingkan dengan kekuatan dari 68 negara lainnya yang ada di dunia. Tentu saja penilaian Indonesia diberikan bukan hanya pada jumlah dan kecanggihan alutsista, tetapi juga jumlah penduduk, kesiapan bahan bakar cadangan (produksi minyak), dan budget milter.

GFP merangkum data-data dari berbagai sumber semisal perpustakaan kongres AS, CIA.gov, EIA.gov, dan energy.eu. Rata-rata data itu diambil pada tahun 2012 dan 2011. Indonesia tercatat memiliki 438.410 personel aktif, 400 tank, 444 pesawat dan 187 helikopter, dan 150 kapal tempur. Dalam data itu, dimasukkan juga sumber daya manusia berjumlah 129. 075.188 dan warga negara yang siap untuk bertugas berjumlah 107.538.660 (news.detik.com, 11/02/2014).

Pada data terakhir GFP tahun 2013 disebutkan bahwa peringkat kekuatan militer Indonesia ada pada urutan 15 dari seluruh negera yang diranking. Indonesia berada 32 level lebih tinggi di atas Singapura yang berada pada posisi 47. Indonesia bahkan lebih unggul dari Australia yang berada di level 23.

Sistem ranking GFP diukur dengan mencakup 40 faktor utama yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan skor power index dari masing-masing negara. Selain alat persenjataan dan pesawat tempur, hal-hal lain seperti sumber daya alam untuk survive serta dukungan finansial dan faktor geografis juga dijadikan dasar penilaian GFP dalam melakukan skoring.

Berikut adalah daftar lengkap 50 besar peringkat kekuatan militer di dunia (Sumber: GFP) (sayangi.com, 12/02/2014):


Dari studi yang mendalam tentang dua kekuatan adidaya penjajah dunia, Inggris dan AS, beberapa kawasan diketahui menjadi pusat pengaruh yang sangat penting bagi bangkitnya negara adidaya baru. Kontrol atas pusat pengaruh yang sangat penting dalam persaingan peradaban. Menilik sisi ekopolitik dan kepentingan strategis, ada beberapa pusat kawasan yang menjadi kunci pengendalian dunia, yaitu:
  1. Kawasan Mediterania, Timur Tengah dan Teluk Persia
  2. Benua Afrika yang kaya sumberdaya alam
  3. Asia Selatan dan Asia Tenggara yang terhubung dengan Selat Malaka
  4. Kawasan Laut Kaspia dan Laut Hitam
Kawasan Samudera Hindia yang meliputi Pakistan, Bangladesh, India dan Indonesia yang didiami tidak kurang dari 60% populasi Muslim dunia juga telah mengkhawatirkan pembuat kebijakan AS, khususnya dari sisi ancaman Islam sebagai sistem politik dan institusi.

Dari potensi geostrategis ini, siapapun yang ingin melukiskan masa depan dunia, akan mendapatkan kesimpulan yang sangat penting dan mendalam. Umat Islam yang memiliki kesamaan keyakinan, tradisi dan aspirasi masa depan dan kelak akan disatukan dalam negara Khilafah Islamiyyah dengan izin Allah Swt menempati posisi strategis. Keempat kawasan kunci serta rute perdagangan dan perekonomian paling vital yang disebutkan sebelumnya berada di wilayah kaum Muslim. Begitu Khilafah Islamiyyah bangkit, dengan kontrol atas kawasan kunci dan rute vital itu, yang dikombinasikan dengan potensi demografi, ekonomi, militer dan ideologi, maka dalam sekejap Khilafah Islamiyyah akan menjelma menjadi adidaya baru di dunia.

Sayangnya, miskinnya visi politik dan arah yang jelas di wilayah Muslim dan kekukuhan pemimpin Muslim yang lebih memilih kebijakan mengejar target jangka pendek yang pragmatis, adalah masalah historis sejak hancurnya Negara Khilafah pada tahun 1924. Hal ini merupakan gambaran mengapa Dunia Islam saat ini mengalami de-industrialisasi. Para pemimpin umat Muslim telah meletakkan negaranya sebagai pasar bagi perusahaan multinasional Barat. Konsep perdagangan bebas dan pasar bebas selalu menjadi alasan bagi dunia berkembang untuk menghambat industrialisasi di negara lain, dan mengubah mereka menjadi tempat industri untuk konsumsi Barat. Dalam hal ini, kekuatan ekonomi harus disiapkan agar dapat menanggung apa yang akan terjadi ketika memasuki ganasnya medan perjuangan dan jihad (Al-Waie Januari 2011).

Kebijakan Politik Luar Negeri Khilafah Islamiyyah

Memahami politik luar negeri adalah perkara yang penting untuk menjaga institusi negara dan umat, dan merupakan perkara mendasar agar mampu mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia. Juga merupakan aktivitas yang harus ada untuk mengatur hubungan umat Islam dengan umat lainnya dengan benar. Karena itu, ideologi-ideologi yang memimpin dunia saat ini harus diketahui. Harus diketahui pula kadar pengaruh setiap ideologi terhadap politik internasional saat ini dan sejauh mana kemungkinan pengaruhnya terhadap politik internasional di masa sekarang dan di masa mendatang. Pada saat itulah hubungan internasional berdasarkan ideologi-ideologi ini akan dapat dipahami, dan sejauh mana pengaruhnya pada saat ini dan masa yang akan datang (Kitab Mafahim Siyasi).

Dengan segala potensinya, seharusnya Indonesia mampu menjadi singa yang akan membungkam Negeri Singa. Tentunya dengan syarat jati diri Indonesia yang harus mengemban ideologi. Jangankan Singapura, bahkan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, ataupun Cina adalah lawan yang setimbang. Karena negara-negara tersebut memang negara pengemban ideologi. Oleh karenanya, penting bagi Indonesia untuk meninjau ulang corak politiknya. Seyogyanya, janganlah lagi menganut politik praktis dan pragmatis, hingga telah menjadikan Indonesia sebagai negara pengikut (pembebek).

Pada masanya, Rasulullaah saw. dan Khulafaur Rasyidin secara langsung memegang urusan hubungan internasional dengan negara-negara lain, di mana para penulis, yaitu Mu‘âwin at-Tanfîdz sebagai perantaraannya. Inilah sebagian karunia Allah Swt yang telah memuliakan kaum muslimin dengan menjadikan mereka sebagai pengemban risalah Islam ke seluruh dunia. Allah juga telah menentukan metode untuk mengemban risalah Islam itu, yaitu dengan dakwah dan jihad. Allah menjadikan jihad sebagai kewajiban atas mereka. Karena itu, latihan militer adalah sesuatu yang wajib.

Disamping itu, membangun industri/teknologi militer juga wajib karena menggentarkan musuh dituntut berdasarkan firman Allah Swt: “Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah, musuh kalian, dan orang-orang selain mereka yang tidak kalian ketahui sedangkan Allah mengetahuinya.” (TQS al-Anfal [08]: 60). Menggentarkan musuh itu tentu tidak akan terealisasi kecuali dengan adanya persiapan, sementara persiapan itu mengharuskan adanya industri. Jadi, ayat tersebut telah menunjukkan wajibnya mendirikan industri militer.

Departemen Perindustrian adalah departemen yang mengurusi semua masalah yang berhubungan dengan perindustrian, baik yang berhubungan dengan industri berat seperti industri mesin dan peralatan, pembuatan dan perakitan alat transportasi (kapal, pesawat, mobil, dsb), industri bahan mentah dan industri elektronik, maupun yang berhubungan dengan industri ringan; baik industri itu berupa pabrik-pabrik yang menjadi miliki umum maupun pabrik-pabrik yang menjadi milik pribadi, yang memiliki hubungan dengan industri-industri militer (peperangan).

Hal ini mengharuskan industri yang ada di dalam Khilafah, dengan berbagai jenisnya, itu semuanya harus dibangun dengan berpijak pada politik perang. Khilafah Islam adalah negara yang mengemban dakwah Islam dengan metode dakwah dan jihad, sehingga Khilafah akan menjadi negara yang terus-menerus siap untuk melaksanakan jihad. Hal ini adalah alasan fundamental bagi setiap negara yang menginginkan industrialisasi. Mempunyai dasar industri membuat sebuah bangsa bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan mandiri dari bangsa lainnya. Tanpa industrialisasi suatu negara akan tergantung secara politik dan ekonomi pada negara lain dalam kebutuhan-kebutuhan vital seperti pertahanan, industri dan produktivitas perekonomian (Kitab Ajhizah 2006).

Umat Islam yang sedang menuju industrialisasi dan perkembangan teknologi harus dibangun di atas kekuatan akidah Islam dan motivasi yang terus berjalan. Selalu berpegang teguh pada tuntunan Allah Swt dan utusan-Nya yang mulia Nabi Muhammad saw.: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah panggilan Allah dan Rasul-Nya ketika ia menyeru kamu kepada sesuatu yang memberikanmu kehidupan. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnnya Allah membatasi antara manusia dengan hatinya, dan sesungguhnya hanya kepada-Nya-lah engkau dikumpulkan.” (TQS. al-Anfal [8]: 24).

Jadi, lagi-lagi, dengan segala potensinya, apakah Indonesia harus mundur hanya karena menghadapi ‘celoteh’-an Singapura tentang KRI Usman-Harun?

Khatimah

Kembalinya Khilafah dan persatuan umat Islam akan mengakhiri hegemoni Barat di negeri Muslim. Hal itu berarti mereka akan kehilangan jaminan untuk merampas sumber-sumber alam umat di Timur Tengah, Asia Tengah, Afrika atau negara-negara di anak benua. Hal itu juga berarti rampasan mereka akan dibekukan dan kependudukan mereka akan berakhir.

Demikian juga jalan hidup mereka –demokrasi sekular kapitalisme- tidak dapat dielakkan lagi, akan menemui ajalnya. Penyebaran ide persatuan, Khilafah dan syariah ke lebih dari 50 negara dari Maroko sampai Indonesia; dari Timur Tengah sampai Asia Tengah. Dengan izin Allah Swt, perjuangan ini sukses dalam membuka topeng para penjajah dan agennya. Umat Islam tidak lagi berkumpul di belakang para penguasa yang berkhianat seperti yang mereka lakukan pada tahun 1950-an hingga 1980-an (Al-Waie Januari 2011). Dengan perjuangan yang terus bergulir, Khilafah Islamiyyah hanya masalah waktu, insya Allah.

Wallaahu a'lam bish showab []

Agar Cinta Tak Bertepuk Sebelah Tangan

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si

“Pupus”

Aku tak mengerti
Apa yang kurasa
Rindu yang tak pernah 
Begitu hebatnya

Aku mencintaimu
lebih dari yang kau tahu
meski kau takkan pernah tahu

Aku persembahkan
Hidupku untukmu
Telah ku relakan
Hatiku padamu

Namun kau masih bisu
diam seribu bahasa
dan hati kecilku bicara

Reff:
Baru kusadari 
cintaku bertepuk sebelah tangan
kau buat remuk sluruh hatiku

Semoga aku akan memahami 
Sisi hatimu yang beku
Semoga akan datang keajaiban 
Hingga akhirnya kaupun mau

Siapa tak kenal lirik lagu di atas? Ya, petikan lagu “Pupus“ milik grup band Dewa ini belakangan sering terdengar di layar kaca, karena menjadi jingle dari iklan salah satu operator seluler. Menilik lirik tersebut, jelas sekali lagu ini bicara tentang rasa patah hati dari seseorang yang cintanya tak berbalas oleh orang yang dicintainya. Maka pantas jika di dalamnya terdapat frase “cintaku bertepuk sebelah tangan”. Tepat sebagaimana adegan dalam iklan yang bersangkutan. Oh, sedih nian, hiks...

Cinta dan Benci karena Allah Swt

Ketika seorang muslim punya rasa cinta, dan sebaliknya juga rasa benci, haruslah senantiasa dilandaskan pada hukum syara’. Artinya, keridhoan Allah Swt atas munculnya rasa cinta ataupun benci itu harus menjadi pertimbangan utama. Cinta karena Allah adalah mencintai hamba Allah karena keimanannya dan ketaatan kepada-Nya. Benci karena Allah adalah membenci hamba Allah disebabkan kekufuran dan perbuatan maksiatnya.

Dalam Islam terdapat tuntunan tentang bersikap lemah lembut dan berkasih sayang kepada sesama kaum mukmin. Hadits dari Umar bin Khaththab ra, diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar dalam At-Tamhid, Rasulullaah saw bersabda: ”Allah mempunyai hamba-hamba yang bukan nabi dan bukan syuhada, tapi para nabi dan syuhada tertarik oleh kedudukan mereka di sisi Allah.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, siapa mereka dan bagaimana amal mereka? Semoga saja kami bisa mencintai mereka.” Rasulullah saw. bersabda, “Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai dengan karunia dari Allah. Mereka tidak memiliki hubungan nasab dan tidak memiliki harta yang mereka kelola bersama. Demi Allah keberadaan mereka adalah cahaya dan mereka kelak akan ada di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Mereka tidak merasa takut ketika banyak manusia merasa takut. Mereka tidak bersedih ketika banyak manusia bersedih.” Kemudian Rasulullah saw. membacakan firman Allah: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (TQS Yunus [10]: 62)”.

Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt dalam firman-Nya: ”...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (TQS Al-Baqoroh [02]: 216).

Juga dalam hadits dari Nu’man bin Basyir Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal berkasih sayang dan saling cinta-mencintai dan mengasihi di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain turut merasa sakit dengan tidak bisa tidur dan demam.” (Mutafaq ‘alaih). Dan dalam hadits Jarir bin Abdullah: “Barangsiapa tidak menyayangi (orang beriman,) maka dia tidak akan diberi rahmat.” (Mutafaq ‘alaih). Ungkapan dihalanginya dari rahmat, yakni rahmat Allah, adalah indikasi atas wajibnya menyayangi kaum Mukmin.

Di antara indikasi lain atas kewajiban ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya dari Abû Hurairah, ia berkata; Aku mendengar Abû Qasim saw. yang benar dan dibenarkan bersabda: ”Sesungguhnya rasa kasih sayang tidak akan dicabut kecuali dari orang yang celaka.” (Kitab Mim Muqowwimat).

Latah Kasih Sayang

Tanggal 14 Februari senantiasa didaulat sebagai hari kasih sayang. Banyak orang, yang biasanya didominasi muda-mudi, menjadikannya sebagai momen tepat untuk menyatakan atau mengungkapkan perasaan cinta kepada orang yang dicintainya. Tentunya dengan harapan besar agar cintanya tak bertepuk sebelah tangan sebagaimana lagu Dewa tadi. Dari sini akhirnya aktivitas memuja cinta menjadi tren. Segala sesuatu terkait cinta selalu ramai peminat. Lagu cinta, coklat, suasana berwarna merah muda, hingga apa pun yang beraroma cinta, takkan pernah sepi, sekalipun ketika hari Valentine sudah lewat. Akibatnya, perwujudan cinta tak jarang bisa jadi sangat ekstrim. Misalnya dengan nge-sex. Seolah tak sempurna cinta jika tak dibuktikan dengan penyerahan segala hal yang dimiliki, termasuk virginitas.

Generasi muda kini terjebak oleh nuansa genre baru Valentine yang bernuansa seks. Karena dimensional budaya berfantasi birahi itu dianggap lebih nikmat. Bahkan, hura-hura Valentine dijadikan alat untuk melampiaskan hawa nafsu dengan dalih yang bermacam-macam, mulai dari tanda saling mempercayai, ataupun ungkapan cinta. Itulah budaya Valentine sebagai bahasa dan polah gaul mereka. Wajar, banyak generasi tua yang menentang perayaan Valentine itu.

Berdasarkan data yang pernah dilansir oleh Yayasan Hotline Pendidikan, sekitar 20% persen pelajar Surabaya yang hamil sebelum nikah, ternyata melakukan hubungan seks ketika perayaan Valentine tahun 2012 silam. Setidaknya data itu berdasarkan 84 kasus pelajar SMP hingga SMA di Surabaya yang mengalami hamil sebelum nikah. “Mereka ngakunya hanya sekali saja berhubungan saat merayakan Valentines day dan langsung hamil,” kata Isa Ansori, Ketua Yayasan Hotline Pendidikan. Yang lebih mencegangkan, para pelajar ini mengaku mayoritas making love di rumah saat orang tua mereka tidak ada. Selain itu, mereka juga menyewa hotel atau losmen dan melakukan di tempat-tempat wisata (surabayapagi.com, 14/02/2013).

Sex on Valentine yang seolah telah menjadi fenomena ini mengundang keprihatinan Pengurus Pusat Ikatan Dai Indonesia (IKADI). Prof. Dr. Ahmad Satori Ismail, Ketua Umum PP IKADI menegaskan perayaan Valentine pada 14 Februari adalah haram bagi umat Islam karena peringatan hari itu bertentangan dengan norma agama dan kesusilaan. “Hari Valentine adalah hari kasih sayang bagi warga di Dunia Barat yang berada di luar Islam,” jelasnya.

Dilihat dari asal muasalnya, jelas Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, Valentine merupakan hari raya bagi kaum non-Islam di Roma, Italia. “Untuk itu, Valentine haram bagi mereka yang beragama Islam,” jelas Satori mengingatkan. Menurutnya, peringatan Hari Valentine merupakan budaya yang tidak pantas diterapkan dalam ajaran Islam karena identik dengan kebebasan kaum remaja dalam menjalin atau mengikat suatu hubungan di luar nikah. ”IKADI mengimbau seluruh orang tua Muslim untuk memberikan pemahaman kepada anak-anaknya bahwa Hari Valentine bukanlah sesuatu hal yang harus dirayakan,'' jelasnya menegaskan.

Ia juga menyebutkan, fenomena perayaan Valentine dalam beberapa tahun belakangan ini sangat marak di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan kota-kota lainnya. “Para remaja, walau baru kelas satu SMP, sudah mengenal budaya nista ini. Mereka biasa merayakannya dengan mengadakan lomba saling merayu antara lawan jenis, saling memberikan bunga dan hadiah kepada pacarnya, mengadakan pesta musik yang terkadang disertai minuman keras tanpa mempedulikan terjadinya percampuran laki-laki dan perempuan non-mahram. Bahkan, acara tersebut oleh mereka dijadikan ajang untuk mengekspresikan hawa nafsu kepada lawan jenis, misalnya mencium pipi, memegang tangan, sampai melakukan perbuatan yang kelewat batas, naudzu billahi min dzalik. Lucunya, perayaan ini pun tidak hanya dilakukan anak muda. Bapak-bapak, ibu-ibu, dan tante-tante pun tidak ketinggalan ‘bertaklid’ (ikut-ikutan) merayakan budaya sesat ini,” ungkapnya pilu (republika.co.id, 10/02/2014).

Jadi rasanya ada logika yang kurang tepat dari pernyataan psikolog remaja, Tika Bisono, setahun lalu, tentang perayaan Valentine. Terlebih jika landasan pernyataan itu adalah pandangan sekular-liberal. Ya sudah pasti beraroma kebebasan individu dalam bertingkah laku.

Tika saat itu menilai Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok sudah bertindak berlebihan dengan melarang remaja muslim merayakan Hari Valentine. Menurut Tika, merayakan Valentine selama tidak sampai berlebihan justru bisa mempererat hubungan seseorang yang sebelumnya sempat merenggang. “Kalau perayaan dengan pesta-pesta jor-joran, boleh menghimbau. Kalau kirim-kirim bunga memang ada yang salah,” kata Tika.

Hari Valentine, kata Tika, tidak selalu identik dengan hubungan asmara antara antara laki-laki dan perempuan. Dia melanjutkan, siapapun bisa menunjukkan perasaan kasih sayang kepada orang yang dikasihi di perayaan Valentine. “Justru dengan menunjukkan kasih sayang, yang tadinya berantem bisa baikan. Di Barat sendiri merayakan Valentine juga kebanyakan hanya mengirim bunga atau mengirim kartu ucapan. Bisa dari suami ke istri atau istri ke suami, orang tua ke anak atau anak ke orang tua. Tidak selalu mengirimkannya ke pacar,” terangnya.

Dia menegaskan perayaan valentine merupakan produk budaya. Meski Hari Valentine ini berasal dari Kebudayaan Barat, namun tidak salah apabila masyarakat Indonesia turut menjadikan Valentine sebagai hari kasih sayang. “Kita Indonesia punya Hari Kesetiakawanan Sosial. Itu kan memper (mirip) dengan Valentine. karena hari itu berisi saling mengasihi,” katanya.

Namun, Tika mafhum pemahaman keagamaan memang sering bertabrakan dengan budaya. Dia meminta sebaiknya produk budaya dipisahkan dari kegiatan-kegiatan keagamaan. “Mereka pastinya menolak. Tapi, kita harus melihat konteks. Masa mengirimkan colekat untuk menunjukkan kasih sayang tidak boleh,” terangnya.

Lebih lanjut, Tika menambahkan sebagian orang telah salah persepsi dengan melihat Hari Valentine identik dengan pergaulan bebas yang mengarah pada hubungan seks di luar nikah. Padahal, kata Tika, seks bebas sama sekali tidak terkait dengan tujuan dari merayakan valentine sendiri. “Seks bebas sama sekali tidak terkait dengan Valentine. Ini celebration of love, merayakan hari kasih sayang. Oke-lah kalau ulang tahun pasangan sendiri lupa, hari perkawinan lupa. Tapi di Hari Valentine masa mengucapkan i love you saja dilarang. Sekarang saya tanya, kamu kapan terakhir kali bilang i love you sama istri anda?,” tambahnya (okezone.com, 14/02/2013).

Nah, di sini hendaknya kita cerdas memilah. Harus diakui bahwa perayaan Valentine bukan berasal dari Islam. Masalah yang ada pada Valentine bukan semata-mata tentang cinta itu berasal dari siapa dan untuk siapa. Tapi hendaknya dirinci mulai dari asal budaya Valentine yang telah membuat latah masyarakat ini, yang dengan kata lain tidak boleh diikuti. Karena itu, sebagai muslim, cara pandang untuk bertingkah laku, termasuk menilai perayaan Valentine ini harus dari jati diri kita. Karena hal ini sebagai konsekuensi keimanan. Yaitu posisi kita sebagai makhluk bagi Allah Swt dan pengikut Rasul-Nya.

Firman Allah Swt: “…Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah...” (TQS Al-Hasyr [59]: 07). Dan sabda Rasul saw: ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya”. (HR. Abu Daud no. 4031 dari Ibnu Umar ra dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (1/676) dan Al-Irwa` no. 2384). Syaikhul Islam Ibnu Taimiah –rahimahullah- berkata, “Hukum minimal yang terkandung dalam hadits ini adalah haramnya tasyabbuh (menyerupai) kepada mereka (orang-orang kafir), walaupun zhahir hadits menunjukkan kafirnya orang yang tasyabbuh kepada mereka. Dengan hadits inilah, kebanyakan ulama berdalil akan dibencinya semua perkara yang merupakan ciri khas orang-orang non-muslim.” Jadi, jelas, tak pernah ada perintah dalam Islam kepada umatnya untuk mengikuti budaya bukan Islam.

Fitrah Mencinta: Kasih Sayang Sesama Manusia

Allah Swt telah menciptakan manusia, baik laki-laki maupun perempuan, dengan suatu fitrah tertentu yang berbeda dengan hewan. Antara laki-laki dan perempuan, masing-masing tidak berbeda dari aspek kemanusiaannya, yang dengannya Allah Swt telah mempersiapkan kedua-duanya untuk mengarungi kancah kehidupan. Yang satu tidak melebihi yang lainnya pada aspek ini.

Allah Swt telah menjadikan laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam satu masyarakat. Allah Swt juga telah menetapkan bahwa kelestarian jenis manusia bergantung pada keberadaan dan interaksi kedua jenis tersebut pada setiap masyarakat. Karena itu, tidak boleh memandang salah satunya kecuali dengan pandangan yang sama atas yang lain, bahwa ia adalah manusia yang mempunyai berbagai ciri khas manusia dan segala potensi yang mendukung kehidupannya.

Allah Swt telah menciptakan pada masing-masingnya potensi kehidupan (thâqah hayawiyyah), yaitu potensi yang juga diciptakan Allah pada yang lainnya. Allah telah menjadikan pada masing-masingnya kebutuhan jasmani (hâjâtul ‘udhwiyyah) seperti rasa lapar, rasa dahaga, atau buang hajat; serta berbagai naluri (gharâ’iz), yaitu naluri mempertahankan diri (gharîzah al-baqa’), naluri seksual untuk melestarikan keturunan (gharîzah al-naw’), dan naluri beragama (gharizah at-tadayyun). Kebutuhan jasmani maupun naluri-naluri ini ada pada masing-masing jenis kelamin.

Secara khusus tentang naluri seksual (naluri mencintai), pemenuhannya tidak lain hanya melalui satu cara, yaitu pemenuhan naluri tersebut seorang perempuan oleh seorang laki-laki atau sebaliknya. Karena itu, hubungan laki-laki-perempuan atau sebaliknya, dari segi naluri seksual, adalah hubungan yang alamiah dan bukan merupakan hal yang aneh. Bahkan ia adalah hubungan asli yang dengannya dapat diwujudkan tujuan penciptaan naluri ini, yaitu melestarikan keturunan manusia. Jika di antara kedua lawan jenis (laki-laki-perempuan) tersebut terjadi hubungan dalam bentuk hubungan seksual, hal itu sangat wajar dan alamiah serta bukan hal yang aneh. Bahkan hal itu merupakan keharusan demi kelestarian jenis manusia. Namun demikian, membebaskan naluri ini sangat membahayakan manusia dan kehidupan bermasyarakat. Padahal tujuan adanya naluri itu tiada lain untuk melahirkan anak dalam rangka melestarikan keturunan.

Karena itulah, setiap orang harus memiliki pemahaman tentang pemuasan naluri seksual untuk melestarikan keturunan (gharîzah al-naw’) dan berikut tujuan penciptaan naluri tersebut. Pemahaman ini harus selalu didominasi oleh ketakwaan kepada Allah Swt, bukan didominasi oleh kesenangan mencari kenikmatan dan pelampiasan syahwat. Jika naluri manusia bangkit, ia akan menuntut pemuasan. Sebaliknya, jika naluri itu tidak bangkit, ia tidak menuntut pemuasan. Jika belum berhasil mewujudkan pemuasan, manusia akan gelisah selama naluri tersebut masih bergejolak. Setelah gejolak naluri tersebut reda, rasa gelisah itu pun akan hilang.

Tiadanya pemuasan naluri tidak akan menimbulkan kematian dan gangguan, baik gangguan fisik, jiwa, maupun akal. Naluri yang tidak terpuaskan hanya akan mengakibatkan kepedihan dan kegelisahan. Dari fakta ini, pemuasan naluri bukanlah sesuatu keharusan sebagaimana pemuasan kebutuhan-kebutuhan jasmani. Pemuasan naluri tidak lain hanya untuk mendapatkan ketenangan dan ketenteraman.

Faktor-faktor yang dapat membangkitkan naluri ada dua macam: (1) fakta yang dapat diindera; (2) pikiran yang dapat mengundang makna-makna (bayangan-bayangan dalam benak). Jika salah satu dari kedua faktor itu tidak ada, naluri tidak akan bergejolak. Sebab, gejolak naluri bukan karena faktor internal, sebagaimana kebutuhan jasmani, melainkan karena faktor eksternal, yaitu dari fakta-fakta yang terindera dan pikiran yang dihadirkan.

Namun, pembahasan ini tidaklah dimaksudkan mengingkari manusia untuk meraih kenikmatan dan kelezatan hubungan seksual, tapi menjadikannya sebagai suatu bentuk kenikmatan yang dibenarkan oleh syariah. Yaitu semata-mata dalam rangka melestarikan keturunan yang selaras dengan tujuan tertinggi seorang Muslim untuk mendapatkan keridhaan Allah Swt. Firman Allah Swt: “…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu…” (TQS Al-Hujuraat [49]: 13).

Ayat-ayat yang datang, menjelaskan bahwa pada dasarnya naluri seksual (naluri mencintai) diciptakan untuk kehidupan suami-istri dalam suatu pernikahan, maksudnya untuk melestarikan keturunan. Dengan kata lain, naluri ini semata-mata diciptakan Allah Swt demi kehidupan bersuami-istri saja, bukan hubungan seksual laki-laki dan perempuan di luar ikatan pernikahan.

Firman Allah Swt: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan isterinya; dan dari keduanya Allah memperkembang- biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (TQS an-Nisâ’ [4]: 01). Serta: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (TQS ar-Rûm [30]: 21). Dan hadits Rasulullaah saw, dari Ibnu Mas’ud ra, ia berkata: “Rasulullaah saw bersabda ‘Hai para pemuda, barangsiapa di antara kamu yang sudah mampu menikah, maka nikahlah, karena sesungguhnya nikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa itu baginya (menjadi) pengekang syahwat.’” (HR Jama’ah).

Masyarakat pun harus memiliki suatu peraturan dalam rangka mengendalikan diri manusia, pikiran tentang hubungan yang bersifat seksual melulu dan anggapan bahwa hubungan itu merupakan satu-satunya perkara yang dominan. Maka, harus ditegaskan perlunya mengubah secara total pandangan masyarakat mengenai hubungan laki-laki-perempuan. Pengubahan pandangan ini diharapkan akan menghilangkan dominasi pemahaman yang hanya berorientasi hubungan seksual (Kitab Nizhomul Ijtima’i).

Selanjutnya, kebijakan negara yang berlandaskan syariat Islam. Di sinilah peran penting sistem Islam dalam bingkai Negara Khilafah untuk mengelaborasi aturan Allah Swt dalam kehidupan manusia. Negaralah yang berperan untuk menjaga aqidah agar umat mendapatkan kemudahan yang sesuai syariat dalam memenuhi nalurinya untuk mencintai lawan jenis. Misalnya, menegakkan aturan menutup aurat yang sempurna saat berada dalam kehidupan umum, memudahkan fasilitas urusan pernikahan, tidak melarang poligami, menegakkan larangan berzina, hingga meluruskan dan senantiasa memelihara pemahaman umat agar tidak muncul kaum pecinta sesama jenis (homoseksual).

Khatimah

Praktik selalu tak semudah retorika. Bicara memang lebih mudah. Namun, jika kita tidak bersama Allah dan ajaran Rasul saw di tengah malam dan di ujung-ujung waktu siang hari, maka bagaimana mungkin kita bisa memahami cinta Allah Swt dan Rasul-Nya kepada kaum muslimin. Karena sungguh, hanya cinta kepada Allah Swt dan Rasul-Nya sajalah yang tidak akan pernah bertepuk sebelah tangan. 

Terkait hal ini, ada sebuah hadits: “Sesungguhnya Allah Swt. berfirman, ”Barangsiapa menghinakan wali (kekasih)-Ku, ia telah terang-terangan memusuhi-Ku. Wahai Anak Adam, engkau tidak akan mendapatkan apa saja yang ada pada-Ku kecuali dengan melaksanakan perkara yang telah Aku fardhukan kepadamu. Hamba-Ku yang terus-menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan melaksanakan ibadah sunah, maka pasti Aku akan mencintainya. Maka (jika Aku telah mencintainya) Aku akan menjadi hatinya yang ia berpikir dengannya; Aku akan menjadi lisannya yang ia berbicara dengannya; dan Aku akan menjadi matanya yang ia melihat dengannya. Jika ia berdoa kepada-Ku, maka pasti Aku akan mengabulkannya. Jika ia meminta kepada-Ku, maka pasti Aku akan memberinya. Jika ia meminta pertolongan kepada-Ku, maka pasti Aku akan menolongnya. Ibadah hamba-Ku yang paling Aku cintai adalah memberikan nasihat.” (Dikeluarkan oleh ath-Thabrâni dalam kitab al-Kabir).

Dalam sebuah hadits Qudsiy, Allah Swt berfirman: “Aku menuruti keyakinan (sangka) hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku selalu menyertainya bila ia mengingat-Ku. Maka jika ia mengingat Daku dalam dirinya, Aku pun mengingatnya didalam diri-Ku, dan jika dia mengingat-Ku ketika dia sedang berada di tengah-tengah khalayak ramai, niscaya Kuingat dia di dalam kumpulan orang yang lebih baik daripada mereka itu. Bila ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan bila ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Maka, siapa saja yang membela Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan pernah dihinakan. Sebaliknya, siapa saja yang menghina-Nya, maka dia tidak akan pernah diberi pertolongan. Dia sangat dekat dengan hamba-Nya, ketika dia berdoa kepada-Nya. Dia Maha mengabulkan doa hamba-Nya, ketika dia memohon untuk dikabulkan. Dialah Dzat yang Maha Perkasa di atas hamba-Nya. Dialah Dzat yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui.

Wallaahu a’lam bish showab []

Sabtu, 08 Februari 2014

Angkringan Al-Islam 692: Cinta dan Benci karena Allah Swt

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si

Persoalan Masyarakat

Menelisik dan memperhatikan persoalan masyarakat detik ini seperti tak ada habisnya. Wajar memang, karena masyarakat ‘dipaksa‘ hidup dalam habitat yang tak sesuai fitrahnya. Lihat saja, manusia hidup dalam keterpurukan, tekanan ekonomi, beban sosial, hingga tak jarang harus bergulat dengan kriminalitas. Yang jelas, manusia hidup jauh dari taraf yang baik.

Bagaimana tidak, lha wong semua hal di sekitarnya meningkatkan tekanan dalam kehidupan. Semua hal menjadikan orang hidup dalam kondisi tidak kondusif. Masyarakat permisif ternyata tak siap dengan konsekuensi sensitif. Permisivisme yang ada justru meningkatkan sensitivitas sesamanya. Orang mudah tersinggung, mudah marah, mudah menjustifikasi, mudah mendendam, pelit memaafkan, tapi selalu lupa introspeksi.

Inikah potret umat terbaik (khoyru ummah) sebagaimana firman Allah Swt: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.“ (TQS ‘Ali Imron [03]: 110). Jauh panggang dari api nampaknya.

Dalam ayat tersebut dijelaskan standarisasi menjadi umat terbaik. Yaitu golongan yang selalu mengajak pada kebaikan (ma‘ruf), mencegah dari kemungkaran dan beriman kepada Allah Swt. Dan gelar ‘khoyru ummah‘ itu takkan bisa diraih oleh orang yang fasik, apalagi yang tidak beriman.

Al-Islam Edisi 692

Demi berlomba dalam kebaikan, maka hari ini, Jumat 07 Februari 2014, alhamdulillaah sebuah program ‘terjun ke masyarakat‘ telah diluncurkan. Angkringan Al-Islam, adalah program penyegaran dari sebatas kumpul bersama untuk membedah isi Al-Islam secara mingguan. Kumpul bersama ‘model baru‘ ini mencoba membedah buletin mingguan Hizbut Tahrir ini dengan penarikan sudut pandang yang berbeda dan kemasan yang insya Allah lebih mendewasa.

Jadi, apakah sudah baca Al-Islam minggu ini? Berikut ini link-nya: http://hizbut-tahrir.or.id/2014/02/05/kehormatan-dan-nyawa-makin-tak-terlindungi/.

Mungkin bedah Al-Islam mingguan yang selama ini telah ditempuh dapat dikatakan agak monoton, sehingga memang tepat jika dilakukan penyegaran. Kedalaman rincian fakta dan analisis politik yang senantiasa mengisi kolom-kolom buletin ini di setiap minggunya, mungkin saja kurang menarik bagi yang kurang suka baca, apalagi yang ‘ogah‘ bicara politik atau buta politik. Akibatnya, ringannya lembaran fisik Al-Islam akan dipandang ‘berat‘ atau ‘sangat berat‘ jika menilik isinya. Ya, wajar memang.

Nah, oleh karena itu, mari kita coba memahami isi Al-Islam dengan sudut pandang baru, yang insya Allah lebih segar. Judul minggu ini adalah ‘Kehormatan dan Nyawa Makin Tak Terlindungi‘. Baru membaca judul dan pembukaannya, pembaca seperti diberi sajian yang sulit dipahami. Maka dari Angkringan Al-Islam hari ini, penarikan pembahasannya dimulai dari konsep ‘Cinta dan Benci karena Allah Swt‘. Karena fakta yang telah disajikan berikut analisisnya, dapat dibaca sendiri. Namun, ekstraksi maknanya yang seringkali masih sulit dimengerti.

Cinta dan Benci karena Allah Swt

Konsep ini sejatinya adalah salah satu judul bab dalam kitab Pilar-Pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyyah. Dalam kitab tersebut disampaikan bahwa ketika seorang muslim punya rasa cinta dan benci itu harus senantiasa dilandaskan pada hukum syara’. Artinya, keridhoan Allah Swt atas munculnya rasa cinta ataupun benci itu harus menjadi pertimbangan utama. Di dalamnya dinyatakan bahwa cinta karena Allah adalah mencintai hamba Allah karena keimanannya dan ketaatan kepada-Nya. Benci karena Allah adalah membenci hamba Allah disebabkan kekufuran dan perbuatan maksiatnya.

Hadits dari Umar bin Khaththab ra, diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar dalam At-Tamhid, Rasulullaah saw bersabda: ”Allah mempunyai hamba-hamba yang bukan nabi dan bukan syuhada, tapi para nabi dan syuhada tertarik oleh kedudukan mereka di sisi Allah. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, siapa mereka dan bagaimana amal mereka? Semoga saja kami bisa mencintai mereka.” Rasulullah saw. bersabda, “Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai dengan karunia dari Allah. Mereka tidak memiliki hubungan nasab dan tidak memiliki harta yang mereka kelola bersama. Demi Allah keberadaan mereka adalah cahaya dan mereka kelak akan ada di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Mereka tidak merasa takut ketika banyak manusia merasa takut. Mereka tidak bersedih ketika banyak manusia bersedih.” Kemudian Rasulullah saw. membacakan firman Allah: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (TQS Yunus [10]: 62)”.

Hal ini juga ditegaskan oleh Allah Swt dalam firman-Nya: ”...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (TQS Al-Baqoroh [02]: 216).

Bagaimana Mempraktikkan Cinta dan Benci karena Allah Swt?

Praktik selalu tak semudah retorika. Bicara memang lebih mudah. Barangkali demikian respon yang akan ditemukan saat menyampaikan konsep cinta dan benci karena Allah Swt ini kepada orang lain. Ya, mungkin praktiknya akan jauh lebih sulit. Tapi jangan pernah lupa bahwa Allah Swt itu Maha Memudahkan. Goncangan bertubi-tubi senantiasa mengepung kehidupan manusia. Jika kita tidak bersama Allah di tengah malam dan di ujung-ujung waktu siang hari, maka bagaimana mungkin kita bisa membuka jalan di tengah berbagai kesulitan.

Terkait hal ini, ada sebuah hadits: “Sesungguhnya Allah Swt. berfirman, “Barangsiapa menghinakan wali (kekasih)-Ku, ia telah terang-terangan memusuhi-Ku. Wahai Anak Adam, engkau tidak akan mendapatkan apa saja yang ada pada-Ku kecuali dengan melaksanakan perkara yang telah Aku fardhukan kepadamu. Hamba-Ku yang terus-menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan melaksanakan ibadah sunah, maka pasti Aku akan mencintainya. Maka (jika Aku telah mencintainya) Aku akan menjadi hatinya yang ia berpikir dengannya; Aku akan menjadi lisannya yang ia berbicara dengannya; dan Aku akan menjadi matanya yang ia melihat dengannya. Jika ia berdoa kepada-Ku, maka pasti Aku akan mengabulkannya. Jika ia meminta kepada-Ku, maka pasti Aku akan memberinya. Jika ia meminta pertolongan kepada-Ku, maka pasti Aku akan menolongnya. Ibadah hamba-Ku yang paling Aku cintai adalah memberikan nasihat.” (Dikeluarkan oleh ath-Thabrâni dalam kitab al-Kabir).

Hadits ini berisi penjelasan mengenai jalan untuk meraih pertolongan dan bantuan Allah, serta dukungan dari sisi-Nya dengan mendekatkan diri kepada-Nya, dan memohon pertolongan kepada-Nya. Dialah Dzat yang Maha Kuat dan Perkasa. Siapa saja yang membela Allah, dia tidak akan pernah dihinakan. Sebaliknya, siapa saja yang menghina-Nya, maka dia tidak akan pernah diberi pertolongan. Dia sangat dekat dengan hamba-Nya, ketika dia berdoa kepada-Nya. Dia Maha mengabulkan doa hamba-Nya, ketika dia memohon untuk dikabulkan. Dialah Dzat yang Maha Perkasa di atas hamba-Nya. Dialah Dzat yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui.

Maka, mekanisme praktiknya adalah sebagaimana sabda Rasul saw: “Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Sedih, gembira, takut, khawatir, lupa, marah merupakan sifat yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anugerah dari Allah Swt. Penting untuk kita ingat bahwa kita tidak diperintahkan untuk menghapus sifat yang merupakan sunnatullah pada diri manusia ini, melainkan kita diperintahkan untuk bisa mengendalikannya sehingga saat sesuatu yang menyebabkan kemarahan itu datang kita bisa untuk tidak menuruti keinginan untuk melampiaskannya.

Sebagaimana yang diajarkan Rasulullaah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa seseorang berkata kepada Nabi Saw: ”Berwasiatlah kepadaku.” Beliau bersabda: “Jangan menjadi seorang pemarah”. Kemudian diulang-ulang beberapa kali. Dan beliau bersabda: “Janganlah menjadi orang pemarah.” (HR. Bukhari). Juga sabda beliau: ”Apabila salah seorang di antara kalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah ia duduk, dan kemarahan itu akan hilang. Jika kemarahan itu tidak juga hilang dengan duduk, maka hendaklah ia berbaring.” (HR Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Hibban).

Khatimah: Konsep Mengendalikan Amarah

Berdasarkan uraian di dalam Al-Islam dan juga di atas, maka setidaknya ada tiga pilar yang akan berperan dalam pengendalian amarah manusia. Pertama, ketaqwaan individu. Pemahaman tentang cinta dan benci karena Allah Swt hendaknya segera dilaksanakan, termasuk di dalamnya adalah kemudahan kita untuk memaafkan kesalahan orang lain. Jadi konsep tersebut jangan hanya menjadi pengetahuan. Ingatlah, jaminan Allah terhadap orang yang meyakini bahwa Allah Swt itu Maha Memudahkan, adalah suatu keniscayaan. Karena Allah Swt tidak akan pernah mengingkari janji-Nya.

Kedua, proses pengingatan (‘amar ma’ruf nahyi mungkar) yang senantiasa dibiasakan di tengah-tengah masyakarat. Dengan demikian, terbentuk masyarakat yang selalu mengkondisikan interaksi yang sehat dan tidak berpotensi menyinggung perasaan antar-individu di dalamnya.

Ketiga, kebijakan negara yang berlandaskan syariat Islam. Yaitu Negara Khilafah yang berperan untuk menjaga aqidah agar umat tidak mudah marah dan tidak menjadi kaum pemarah. Karena kemarahan itu hanya layak ditujukan pada kemungkaran dan kemaksiatan. Sebagai contoh, negara dapat mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menjamin terpenuhinya kebahagiaan dan kesejahteraan umat hingga ke tingkat kebutuhan individu.

Wallaahu a’lam bish showab []