Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si
Olimpiade
2012, Pesta Olahraga Sedunia
Tak sampai sebulan, Eropa kembali berhelat. Setelah
EURO 2012 di Polandia dan Ukraina, kini London menjadi tuan rumah Olimpiade
2012. Event ini berlangsung mulai tanggal 27 Juli sampai 12 Agustus 2012. London
terpilih sebagai kota penyelenggara pada tanggal 6 Juli 2005 pada Pertemuan IOC ke-117
di Singapura, mengalahkan Moskwa,
New
York City, Madrid,
dan Paris setelah empat putaran
pemungutan suara (id.wikipedia.org,
23/07/2012).
Olimpiade
dan Paralimpiade 2012 akan memanfaatkan berbagai gelanggang baru, fasilitas
lama maupun yang sudah ada, dan fasilitas sementara, sejumlah di antaranya
berada di tempat-tempat terkenal seperti Hyde Park dan Horse Guards Parade.
Beberapa fasilitas baru akan digunakan kembali dalam bentuk Olimpiadenya,
sementara sisanya akan diperbesar atau direlokasi (id.wikipedia.org, 23/07/2012).
Untuk
membantu pendanaan penyelenggaraan, pihak penyelenggara Olimpiade London telah
menyetujui kemitraan dengan sejumlah perusahaan besar. Diantaranya
Acer, Atos, Coca Cola, Dow Chemical Company, General Electric, McDonald’s,
Omega SA, Panasonic, Procter & Gamble, Samsung dan VISA (id.wikipedia.org, 23/07/2012).
Pada Desember 2011 Pemerintah
Britania mengumumkan bahwa 13.500 anggota angkatan bersenjata akan ditempatkan untuk
pengamanan Olimpiade, serta 10.000 polisi (yang akan mengawal keamanan
penyelenggaraan). Aset angkatan
laut dan udara, termasuk kapal di Sungai
Thames, jet Eurofighter dan misil darat-ke-udara, akan disiapkan sebagai bagian
dari operasi keamanan. Biaya keamanan juga meningkat dari 282 juta menjadi 553
juta poundsterling. Ini akan menjadi operasi keamanan terbesar yang dihadapi
Britania selama beberapa dasawarsa (id.wikipedia.org,
23/07/2012).
Olimpiade
2012, Pesta Seks
Di balik sejumlah prestasi para atlet yang unjuk
kebolehan, ada fakta yang menarik namun memprihatinkan. Sudah menjadi rahasia
umum, Olimpiade 2012 ini sebagaimana ajang serupa sebelumnya, merupakan momentum
pesta free sex di kalangan para
pesertanya. Maraknya
praktek seks di setiap ajang Olimpiade mendorong panitia Olimpiade London untuk
mengantisipasi lebih awal dengan menyediakan 150 ribu kondom untuk para atlet.
Berkaca dari Olimpiade Bejing 2008, ternyata 100 ribu kondom yang dibagikan
masih belum cukup (tribunnews.com,
21/07/2012).
Berdasarkan
hal tersebut panitia menggandeng produsen kondom Durex yang siap memasok
tambahan puluhan ribu lagi jika memang dibutuhkan. Durex adalah bagian dari
grup perusahaan Reckii Benckisser yang menjadi sponsor resmi Olimpiade. Meski banyak pihak yang kontra
dengan tindakan ini, juru bicara perusahaan Durex Andraea Dawson Shepherd menyatakan, “Kami dibatasi oleh pedoman
penyelenggaraan Olimpiade. Komite Olimpiade telah mengatur apa yang bisa dan
tidak bisa kami lakukan.” (tribunnews.com,
21/07/2012).
Seperti
dilansir Business Week, pesta seks di kalangan atlet ketika Olimpiade sudah
berlangsung lama. Berawal pada Olimpiade Seoul di Korea Selatan 1988 dengan
permintaan kondom yang hanya 8.500. Angka itu langsung melonjak menjadi 50 ribu
pada Olimpiade Barcelona 1992. Empat tahun kemudian di Sydney, kondom sebanyak
70 ribu habis dipakai dan panitia penyelenggara harus memesan 20 ribu kondom
tambahan saat itu (tribunnews.com,
21/07/2012).
Fakta
yang seperti telah menjadi rahasia umum di kalangan atlet ini memang mulai
terdengar dan diketahui publik. Berita ini menyeruak ketika kiper tim nasional
sepak bola Amerika Serikat, Hope Solo, angkat bicara. “Akan ada banyak aktivitas seks
di Olimpiade. Saya sebelumnya menyaksikan bagaimana orang-orang melakukan hal
itu, bahkan di tempat terbuka seperti rerumputan atau lorong bangunan,” tutur
Hope. “Para
atlet yang bertindak paling ekstrim. Saat latihan mereka bisa fokus, tapi
ketika pergi keluar mereka bisa menghabiskan 20 botol minuman,” jelasnya. Hope sendiri tidak menampik
dirinya turut menjadi bagian dari skandal itu. Ia mengaku senang punya kesempatan
merasakan pengalaman ‘liar’ tersebut.
“Ini
bisa menjadi pengalaman sekali seumur hidup baik dari sisi seksual, pesta, dan
prestasi di lapangan,”
sambungnya. Josh Lakatos, penembak asal
Amerika Serikat juga membagi pengalaman. Di Olimpiade Sydney 2000, ia merasa
seperti berada di tempat lokalisai, di mana pesta pora terjadi luar biasa dan
tidak pernah ia saksikan sebelumnya (tribunnews.com,
21/07/2012). Na’udzubillaah.
Refleksi
Indonesia, Program Kondom Gebrakan Menkes
Bicara fenomena kondom, beberapa waktu lalu hal ini
juga menghebohkan negeri kita. Nafsiah
Mboi, Menkes yang baru sudah resmi dilantik oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Masa kerjanya memang tak lama, hanya 2,5 tahun. Namun bukan berarti
masa bakti yang singkat itu menghalangi Menkes untuk membuat suatu perubahan
yang signifikan. Terbukti, Menkes
yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Komite Penanggulangan
AIDS (KPA) Nasional ini melakukan
gebrakan. Yaitu mengusulkan agar remaja dipermudah aksesnya untuk mendapat
kondom (health.detik.com, 15/06/2012).
“Kita
berharap bisa meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan reproduksi untuk
remaja. Dalam Undang-Undang, yang belum menikah tidak boleh diberi kontrasepsi.
Namun kami menganalisis data dan itu ternyata berbahaya jika tidak melihat
kenyataan. Sebanyak 2,3 juta remaja melakukan aborsi setiap tahunnya menurut
data dari BKKBN,” kata Menkes. Menkes melihat, angka sebanyak itu menunjukkan
bahwa banyak remaja mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Ia menegaskan,
Undang-Undang perlindungan anak menyatakan bahwa setiap anak yang dikandung
sampai dilahirkan harus diberikan haknya sesuai UU Perlindungan Anak. Maka,
mempermudah akses remaja untuk mendapatkan kondom diharapkan dapat menekan
angka aborsi dan kehamilan yang tak diinginkan (health.detik.com, 15/06/2012).
Tentu
saja hal ini mungkin akan mendapat pertentangan dari kelompok-kelompok tertentu
yang menganggap pemberian kondom kepada remaja dapat memicu seks bebas. Tapi
Menkes berpendapat, jika pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi sudah
cukup baik, tidak perlu ada kekhawatiran idenya ini akan memicu seks bebas. “Kita
akan membahas bagaimana hak-hak anak dalam kandungan ini dapat terpenuhi.
Kampanye kondom difokuskan untuk seks yang beresiko. Untuk mempercepat
pencapaian goal MDGs poin 6 tentang
HIV/AIDS, maka kampanye kondom merupakan suatu kewajiban. Setiap hubungan seks
yang beresiko menularkan penyakit atau kehamilan yang tak diinginkan adalah hubungan
seks yang beresiko,” tegas Menkes (health.detik.com,
15/06/2012).
Sejumlah
tokoh pun bereaksi. Diantaranya, Presidium Medical
Emergency Rescue Committee (MER-C), Jose Rizal Jurnalis. Ia menyatakan
bahwa kampanye penggunaan kondom ala Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi itu tidak dilandasi
agama dan hanya melihat statistik penyebaran penyakit dengan hubungan
heteroseksual. “Dia (Menkes) tidak melihat moralitas dan sebagainya, padahal
persoalan ini juga menyangkut moral. Kampanye itu sama saja, silahkan hubungan
seks karena ada kondom. Ini kacau, hubungan seks bebas atau seks di luar nikah
dilarang agama, tapi kalau terpaksa silahkan pakai kondom. MER-C menolak keras cara
mengatasi AIDS dengan cara itu. Hukum agama harus ditegakkan. Hukum agama untuk
kemaslahatan umat manusia, tapi banyak yang menganggap itu pengekangan
kebebasan. Ini dua hal yang selalu diadu. Kebebasan dibiarkan, nantinya orang
bebas menganut seks bebas atas atas nama kebebasan. Terus ada kampanye kondom,
ini jadi kacau,” kecam Jose Rizal (itoday/eramuslim.com,
18/06/2012).
Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa,
pun buka suara. “Yang
jelas bagi-bagi kondom tidak akan selesaikan masalah moral di Indonesia,"
kata Khofifah.
Selain itu, program tersebut juga dinilainya tidak
sinkron dengan program kementerian lain yang mengarah pada pembangunan moral
dan karakter. Khofifah
pun mengatakan, “Berdasar
data yang di-up date Muslimat NU pada tahun 2011, ada lima juta perempuan
menggugurkan kandungan, sebagian besar berusia 16 tahun ke bawah, yakni
mencapai 62%. Persoalan umat yang sudah seperti ini jangan dijawab bagi-bagi
kondom bagi remaja kita. Akan
tetapi, bagaimana kita ikhtiar luar biasa agar ada iman dan takwa yang tertanam
pada anak-anak kita,” katanya (antaranews.com,
19/06/2012).
Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
(MHTI), Iffah Ainur Rochmah, juga angkat bicara. Iffah menyatakan bahwa sosialisasi Menkes tentang
penanggulangan AIDS ala UNAIDS ini sangat liberal. Sosialisasi kondom ini tidak
akan pernah memutus mata rantai utama penyebaran AIDS yakni menghapus pergaulan
bebas, tapi malah memberi jalan keluar agar pergaulan bebas tidak menghantar
pada HIV atau kehamilan tak diinginkan. Sejak awal kebijakan terkait
penanggulangan AIDS memang sangat liberal. Dengan pengalaman Nafsiah sebagai
aktivis HIV/AIDS, implementasi kebijakan liberal tersebut bisa jadi lebih
nyata. Buktinya, baru diumumkan pengangkatannya, Menkes baru sudah
menyatakan ke media akan menggerakkan semua jajaran kementriannya untuk
kampanye kondom (hizbut-tahrir.or.id,
17/06/2012).
“Dia
(Menkes) anggap keberhasilan kampanye kondom ini adalah indikator keberhasilan
penanggulangan AIDS. Masya Allah, bahkan akan menjadikan kalangan remaja 15-24
tahun sebagai sasaran yang tak boleh diabaikan. Mereka diasumsikan belum
menikah tapi rawan melakukan seks bebas. Agar tidak terjadi kehamilan dan tidak
kena AIDS, pakai saja kondom! Astaghfirullah. Program sangat berbahaya bagi
umat. Seks bebas bisa semakin merajalela. Kalau data BKKBN tahun 2010 lalu
menunjukkan 51% remaja
Jabodetabek telah lakukan seks pra nikah, jangan sampai kita anggap biasa kalau
angka ini semakin meningkat. Karenanya program ini harus kita kritisi bahkan
layak kita tolak,” tegasnya (hizbut-tahrir.or.id,
17/06/2012).
Iffah menambahkan, tapi kita tak bisa pungkiri, kedaulatan negeri
sudah terampas oleh tekanan-tekanan internasional. Liberalisme semakin mengakar
kuat. Salah
satunya lewat MDGs. Target MDGs 2015 terkait angka penderita HIV/AIDS di
Indonesia harus dikejar. Kalau tidak, maka ada ‘hukuman internasional’ yang
harus diterima. Pemerintah
tidak menimbang
masalahnya secara mendalam. Akibatnya semua
rekomendasi liberal harus diambil. Termasuk kampanye kondom,
dengan mengabaikan dampaknya terhadap makin tingginya pelaku seks bebas demi mengejar ‘pujian’
internasional (hizbut-tahrir.or.id, 17/06/2012).
Perzinaan
di Kalangan Remaja Indonesia
Entah
apa yang sedang merasuk ke dalam pemikiran Bu Menkes, tapi
jangan lupakan
yang satu ini. Indonesia kini memiliki predikat anyar. Yakni negara
dengan pengakses situs porno nomor satu sedunia. Torehan ini sungguh memalukan.
Pasalnya, satu setengah tahun lalu posisi Indonesia masih di urutan tujuh,
namun satu bulan silam justru merangsek naik ke posisi teratas. Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pun membenarkan torehan buruk ini (jpnn.com, 16/06/2012).
“Menurut data dari search
engine yang kami dapat, terakhir sekitar satu bulan lalu memang
menyebutkan, Indonesia menjadi negara pengakses situs pornografi tertinggi di
dunia,” jelas Kepala Humas dan Pusat Informasi Kementerian Kominfo, Gatot S.
Dewa Broto. Walau tidak membeberkan secara rinci berapa besaran angkanya, Gatot
menyatakan ini merupakan pekerjaan rumah dan tugas yang harus terus
diselesaikan jajarannya. Karena, Kominfo memiliki tanggung jawab moral dalam
meminimalisir akses ke situs konten mesum itu. “Kami akan bekerja lebih keras
untuk menyelesaikan permasalahan ini,” sambungnya (jpnn.com, 16/06/2012).
Menteri Komunikasi dan Informasi, Tifatul Sembiring
menambahkan bahwa efek dari internet tergantung dari pengguna. Kepada Radar
Bogor (Grup JPNN) ia menuturkan, berdasarkan riset pornografi di 12 kota besar
Indonesia terhadap 4.500 siswa-siswi SMP, ditemukan sebanyak 97,2% dari mereka
pernah membuka situs porno. Data selanjutnya juga menambahkan bahwa 91% dari
mereka sudah pernah melakukan kissing,
petting atau oral sex. “Bahkan, data tersebut juga menyebutkan 62,1% siswi SMP
pernah berzina dan 22% siswi SMU pernah melakukan aborsi,” ujarnya (jpnn.com, 16/06/2012).
Seperti diketahui, pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) telah membentuk gugus tugas pencegahan dan penanganan pornografi.
Tim yang terdiri dari para menteri hingga pemerintah daerah ini akan bekerja
untuk membasmi pornografi secara terpadu. Pembentukan gugus tugas ini ditandai
dengan terbitnya Perpres No 25 Tahun 2012 pada 2 Maret lalu. Perpres tersebut
mengacu pada Pasal 42 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi yang
mengamanatkan dibentuknya gugus tugas. Namun hingga saat ini, tim ini belum
menemui hasil maksimal (jpnn.com,
16/06/2012).
Terpisah, Kepala Kantor Komunikasi dan Informatika
(Kominfo) Kota Bogor, Chusnul Rozaqi masih menunggu hasil dari invetarisasi
permasalahan ini dari Kemenkominfo. Jadi sudah jelas, belum ada langkah
proteksi pornografi yang dilakukan pemkot. “Untuk di Kota Bogor sendiri masih
menunggu kewenangan dari pusat,” singkat Chusnul ketika dihubungi semalam (jpnn.com, 16/06/2012).
Pemerhati anak, sosial dan pendidikan, Jeannie Chamidi
Ibrahim merasa kecewa dengan predikat baru yang didapat bangsa ini. Jeannie berpendapat, bebasnya akses porno dilatarbelakangi bebasnya keluar masuk
warung internet (warnet). “Sampai saat ini tidak ada batasan umur. Kondisi
seperti ini yang dikhawatirkan menghancurkan psikis anak-anak,” tukas Jeannie (jpnn.com, 16/06/2012).
Sementara itu, Pakar informatika dan telematika, Roy
Suryo mengatakan, fenomena pengunggah situs porno massal itu dinilai bukan hal
aneh di sejumlah negara. Apalagi di Indonesia. “Bagi saya pribadi, terus terang
masalah ini sudah tidak asing lagi. Apalagi peringkat tersebut karena
negara-negara lain juga memiliki kecenderungan yang sama,” jelas Roy. Roy pun menegaskan,
pemerintah mesti segera memperbaiki citra internet Indonesia ke arah lebih
baik. Dan itu bisa dilakukan via penyebaran software
ke sekolah-sekolah, instansi, komunitas dan warnet untuk mengantisipasi lalu
lintas situs mesum tersebut. “Harus ada proteksi hardware dari server-nya
(hulu) serta diperlukan pendidikan brainware,
etika, moral dan keagamaan,” jelas anggota DPR RI dari Fraksi Demokrat itu (jpnn.com, 16/06/2012).
Larisnya Bisnis Prostistusi Dalam Negeri
Tak hanya remaja, khalayak pun berpotensi makin gemar
berzina hingga melariskan bisnis prostistusi. Bahkan, tercatat sejumlah lokalisasi prostitusi
di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), kehabisan kondom. Pasalnya, jumlah pengunjung
ke tempat itu meningkat. Pekerja
seks komersial di Karang Dempel berinisial YD mengatakan dia biasanya hanya
melayani dua orang pelanggan per hari. Namun saat ini dia harus melayani 9-12
pelanggan. “Jumlah
pelanggan yang harus dilayani meningkat tajam,” katanya (tempo.co, 21/07/2012).
Di
Karang Dempel, terdapat tiga blok kamar yang digunakan para penghuni. Setiap
blok terdapat 20-30 kamar, sehingga total kamar yang ditempati pelacur di situ
mencapai 100 orang. Sekretaris
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) NTT Gusti Brewon membenarkan habisnya kondom
di Karang Dempel. Namun pihaknya sedang berupaya meminjam kondom dari tempat
lain. “Benar, kondom habis karena tingginya pengunjung ke lokalisasi itu,” katanya. Menurutnya, stok kondom memang terbatas
karena pengiriman kondom dari KPA Pusat terlambat. Namun pihaknya sudah
berkoordinasi dengan BKKBN untuk segera mengirim kondom ke tempat itu. “BKKBN
akan segera mengadakan dan mengirim kondom ke lokalisasi,” katanya (tempo.co, 21/07/2012). Astaghfirullaah.
Atlet
dan Generasi Muda, Aset Potensial yang Dihancurkan
Atlet olahraga pada umumnya adalah generasi muda dari
suatu negeri yang tentu mereka ini diharapkan dapat mengharumkan nama bangsa.
Akan tetapi, pernahkah sedikit kita tarik fakta ke arah sejauh mana tingkat
tekanan yang mereka alami hingga mereka berorientasi seks dan hedonisme saat di
luar lapangan? Tanpa iman, fenomena penyediaan kondom oleh panitia di balik ajang
lapangan Olimpiade terbukti mencoreng sejumlah prestasi yang mereka raih.
Beralih ke dalam negeri, para pejabat negeri ini memang makin
linglung mengelola aset negara. Generasi muda yang seharusnya menjadi tulang
punggung peradaban justru dibenamkan hingga kerak dasar yang membuat
mereka menjadi golongan biadab. Sadarkah para pejabat akan
hal itu? Ke mana larinya nilai kemanusiaan dalam diri Bu Menkes sebagai seorang perempuan yang juga
seorang ibu? Bagaimana jika ia menjadi salah satu ibu dari para
remaja tersebut? Mengapa kebijakannya tidak menjaga tapi malah
memfasilitasi generasi muda untuk menjadi biadab dengan makin berpotensi
melakukan zina? Pembangunan semacam apa yang bisa diharapkan dari para pemuda
yang isi kepalanya nafsu birahi semata? Fakta pengiriman kondom dari lembaga
pusat, jelas menunjukkan adanya fasilitas terhadap seks bebas. Na’udzubillaah.
Demikian pula, pasti menyesatkan bila dikampanyekan bahwa dengan
penggunaan kondom akan
tercegah dari HIV/AIDS. Kondom didesain sebagai alat kontrasepsi, pencegah
kehamilan.
Bukan sebagai
penangkal menyebarnya virus melalui hubungan kelamin. Kebanyakan ahli juga sudah
memberitakan bahwa pori-pori kondom berukuran lebih besar dari virus HIV,
berarti virus tetap bisa menular meski memakai kondom. Lebih penting lagi, seks
di luar nikah (zina) adalah dosa besar, baik menularkan HIV atau tidak, terjadi
kehamilan atau tidak (hizbut-tahrir.or.id,
17/06/2012).
Islam Menjaga Generasi
Firman
Allah Swt yang berisi peringatan keras berikut ini hendaknya membuat kita sesempurna mungkin dalam bercermin, karena manusia itu lemah. “Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk.” (TQS Al-Israa [17]: 32). Dan sabda Rasul saw: “Jika zina dan riba merjalela
di suatu negeri maka mereka telah menghalalkan adzab Allah atas diri mereka.” (HR. Hakim, Thabrani dan Baihaqi).
Kaitannya dengan hal ini, Islam mengatur tentang pemeliharaan
keturunan. Islam telah menurunkan hukum-hukum berikut sanksi-sanksi yang
berfungsi sebagai pencegah, dalam rangka memelihara keturunan manusia dan
nasabnya. Islam telah mengharamkan zina dan mengharuskan dijatuhkan sanksi bagi
pelakunya. Hal ini bertujuan untuk menjaga lestarinya kesucian dari sebuah
keturunan. Sehingga, seorang ayah akan tetap dapat memelihara anak-anaknya
serta merawat mereka, di mana ia dapat memastikan bahwa anak-anak tersebut
merupakan bagian dari dirinya sendiri (darah dagingnya) (Kitab Dirosah al-Fikr). Karenanya, anak
tersebut harus diperoleh dengan jalan yang sah, yaitu pernikahan, bukan
perzinaan.
Bahkan, Islam pun telah menyediakan solusi berlapis
agar manusia makin terjaga dan berhati-hati menyikapi zina. Islam telah
mengatur masalah hadd al-qadzaf
(menuduh berzina), yakni bagi siapa saja yang menuduh orang lain telah berbuat
zina tanpa membawa bukti, maka kepadanya akan dijatuhkan hukuman jilid (cambuk)
(Kitab Dirosah al-Fikr). Artinya,
sekalipun zina merupakan salah satu pelanggaran hukum syara’, tapi menuduh zina
terhadap seseorang tanpa alasan, ternyata juga termasuk pelanggaran terhadap hukum
syara’. Maka, kita pun harus cermat.
Olahraga, Modal Jihad
Berdasarkan uraian di atas,
jelas bahwa Olimpiade telah bertambah fungsi menjadi wahana seks bebas. Misi
olahraga yang diemban tak lebih dari topeng. Tak heran, demikianlah kondisinya
saat olahraga dikelola oleh para pengusung sistem kapitalisme-liberal. Yang haram
telah dihalalkan, atas nama profit dan dana kemitraan.
Terkait dengan olahraga sendiri, Rasulullaah saw
memerintahkan agar anak-anak muslim diajari olahraga berenang, berkuda, dan
memanah. Yang mana, jenis olahraga tersebut dapat digunakan untuk survival, membela diri dan tentunya
berjihad. Sebutlah contohnya pencak silat, di mana Nusantara terkenal dengan
pencak silat sebagai jenis olahraga bela dirinya. Perkembangan dan penyebaran
pencak silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak
dipengaruhi oleh kaum ulama seiring dengan penyebaran agama Islam pada abad
ke-14. Pencak silat lalu berkembang dari sekedar ilmu bela diri dan seni tari
rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah
kolonialisme (TSQ Stories Jilid 2 2011).
Disamping itu, pencak silat juga menjadi bagian
dari latihan spiritual. Sejak dulu, pencak silat diajarkan bersama-sama dengan
pelajaran agama di surau-surau. Dan sudah menjadi tradisi di
pesantren-pesantren, bahwa ilmu silat tingkat tinggi hanya diberikan kepada
santri yang telah khattam kitab-kitab fiqih tingkat lanjut, serta telah
terbukti mampu menahan gejolak hawa nafsunya. Hal ini terbukti jejaknya di
berbagai pesantren di Nusantara, yang pastinya cerminan tradisi yang sama dan
merata di wilayah yang lain dalam kekuasaan Daulah Islam. Karena tidak akan
mungkin Daulah Islam memiliki para mujahid yang tangguh manakala mereka tidak
memiliki mata airnya, yaitu para santri yang mempraktikkan olahraga para
mujahid (TSQ Stories Jilid 2 2011). Bahkan, beberapa perang yang dipimpin oleh
Rasulullaah saw, seperti Perang Badar dan Uhud, terjadi pada bulan Ramadhan,
bulan penuh ampunan, di mana seluruh motivasi ruhiyah tertumpah hanya untuk
meraih ridho Allah Swt.
Antara Olimpiade dan Ramadhan
Oleh karena itu, bertepatan
dengan bulan yang di dalamnya syaithan dibelenggu oleh Allah Swt ini, hendaknya
kita merenungi dan mengaplikasikan sabda Rasulullaah saw: “Ada tujuh golongan yang akan
dinaungi Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada
naungan kecuali naungan-Nya, yaitu Pemimpin yang adil; Pemuda
yang senantiasa beribadah kepada Allah semasa hidupnya; Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut dengan Masjid; Dua orang
yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan
berpisah kerena Allah; Seorang lelaki yang diajak oleh seorang
perempuan yang cantik dan berkedudukan untuk berzina tetapi dia berkata, “Aku takut
kepada Allah!”; Seorang yang memberi sedekah tetapi dia merahasiakannya seolah-olah
tangan kanannya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kirinya; dan
seseorang yang mengingat Allah di waktu
sunyi sehingga bercucuran air matanya.” (HR Bukhori, Muslim).
Menjadi atlet maupun pemuda
pada umumnya, harus senantiasa melanggengkan motivasi iman dalam berbagai
kondisi, terlebih saat bulan Ramadhan. Allah Swt berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa,” (TQS Al-Baqoroh [2]: 183). Demikianlah Allah Swt
memerintahkan agar puasa menjadi jalan menuju taqwa.
Olimpiade yang tahun ini bertepatan dengan bulan
Ramadhan 1433 H, memang perlombaan olahraga yang secara hukum asalnya mubah.
Namun jika dipenuhi warna-warni liberal seperti seks bebas, maka hal ini menjadi
jalan menuju keharaman. Atlet dan generasi muda yang berkiprah untuk sebuah prestasi dengan tidak menjadikan penerapan syariah Islam dalam
Khilafah sebagai jalan dan targetnya, maka mereka akan merasa
lelah dan sia-sia karena prestasi hakiki tidak akan pernah terwujud. Prestasi sebagai wujud perubahan dan kebanggaan hanyalah sebagaimana
firman Allah Swt dalam QS. Ar-Ra’du ayat 11: ”…Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.”
Allah Swt
telah menyambut kiprah hamba-Nya dalam upaya penegakan
Khilafah dalam QS Ali ‘Imran [3] ayat 195: “Sesungguhnya Aku
tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik
laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian
yang lain...” Karenanya, Khilafah adalah model
pemerintahan yang akan melahirkan generasi cemerlang hingga
masyarakat yang
bernaung di dalamnya memperoleh kesejahteraan serta kemuliaan di dunia dan akhirat, insya Allah. Walhasil, bagi kaum muda sebagai generasi
cemerlang dan mutiara peradaban, mari sambut dan isi Ramadhan dengan
mengokohkan keimanan untuk menyatukan langkah dalam menegakan syariah dan Khilafah.
Wallaahu a’lam bish showab [].