Minggu, 27 September 2015

Peresmian Masjid Besar Moskwa, Islam Dienul Haq yang Tak Terbantahkan

Muqodimah

Kabar gembira bagi dunia Islam, khususnya umat Islam di Rusia. Sehari menjelang Hari Raya Idul Adha yang lalu, Presiden Vladimir Putin meresmikan masjid besar di Moskwa (Moskow). Putin, bahkan mengatakan Islam memainkan peran penting di Rusia. “Pemimpin Muslim selalu memberi kontribusi bagi pengembangan perdamaian dan akal sehat dalam melawan ekstremisme di Rusia," ujar Putin saat meresmikan Masjid Jami Moskwa, Rabu (23/09), dan dikutip kantor berita Sputnik.

Peresmian dihadiri Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan pemimpin Palestina Mahmoud Abbas. Putin juga mengutuk ISIS, dengan menyebutnya sebagai kelompok yang mengorbankan kebesaran Islam, menyebarkan kebencian, pembunuhan, dan menghancurkan warisan dunia. “Ideologi ISIS tidak didasarkan pada Islam, tapi kebohongan dan penyimpangan nilai-nilai Islam,” kata Putin.

Erdogan pun memuji Putin sebagai penggagas pendirian Masjid Jami Moskwa. Putin membalas dengan mengucapkan terima kasih kepada Erdogan atas sumbangsih Turki dalam pembangunan masjid terbesar di ibu kota Rusia itu. “Sebuah karya yang indah di lokasi yang indah di Moskwa,” kata Erdogan.

Semula, Masjid Jami Moskwa sangat kecil dan tidak representatif. Empat tahun lalu masjid itu dibongkar, dibangun dengan ukuran lebih besar agar bisa menampung 10 ribu jamaah. Peresmian dilakukan malam hari. Usai peresmian, yang diwarnai peninjauan Putin ke bagian dalam masjid, takbir Idul Adha berkumandang. Tak ayal, masjid pun kali pertama digunakan untuk Shalat Idul Adha. Muslim Moskwa yang datang lebih dari 10 ribu orang (inilah.com, 24/09).

Tak hanya meresmikan, Putin pun mendesak para pemimpin Islam Rusia untuk menentang tindakan ekstrimis saat sekitar 2.400 warga Rusia ikut berperang bersama kelompok ISIS di Timur Tengah. Rusia, rumah bagi 20 juta umat Muslim, telah mengalami dua perang melawan separatis Chechen di kawasan Kaukasus Utara yang mayoritas umat Muslim, di mana pemberontakan Islam masih terus berlangsung dan beberapa pemberontak telah bersumpah setia kepada kelompok militan ISIS.

Saat meresmikan masjid baru yang dibangun dengan bebatuan berwarna terang, dengan kubah warna turquoise dan emas itu, Putin mengatakan Rusia harus mendidik pemuda Muslim agar tidak menjadi ekstremis berbasis agama. “Hal ini dibutuhkan saat ini karena semakin banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk mengeksploitasi perasaan keagamaan untuk tujuan politik,” kata Putin saat meresmikan masjid yang dikabarkan menghabiskan biaya sebesar $170 juta (atau hampir Rp 2,5 triliun).

“Kita melihat apa yang terjadi di Timur Tengah di mana para teroris yang menyebut diri mereka ISIS merusak nama baik agama hebat dunia, merusak nama baik Islam dengan menebarkan kebencian, membunuh orang-orang, merusak warisan budaya dunia dengan cara yang biadab,” kata Putin.
Masjid baru ini, yang bisa menampung hingga 10.000 orang, dibangun di lokasi masjid sebelumnya yang dibangun pada awal abad ke-20 oleh komunitas Tatar. Islam adalah agama terbesar kedua di Rusia setelah Kristen Ortodoks, dengan pemeluk sekitar 15 persen dari jumlah penduduk Rusia (suaramerdeka.com, 25/09).

Putin Meresmikan Masjid, Suprise Bagi Dunia Islam

Karier politik Putin cukup gemilang. Presiden Rusia saat itu, Boris Yeltsin menyatakan Putin kepada seluruh rakyat Rusia dengan berkata bahwa “Dia dapat mengulangi kejayaan Rusia yang baru pada abad 21”. Sergei Stepashin, pejabat yang digantikannya mengatakan bahwa dia seorang yang jujur. Mantan presiden Amerika Serikat Bill Clinton mengatakan dia mampu untuk menjadikan Rusia sebagai negara yang berprospek dan kuat. Sedangkan mantan presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev ketika bertemu dengan Putin pada bulan Agustus 2000 memastikan dia tidak akan merusak Demokrasi Rusia.

Terlepas dari itu semua, Putin memang bermaksud mengembalikan kejayaan Rusia yang masih dirindukan rakyat Rusia pada masa Uni Soviet. Beberapa media baik nasional Rusia maupun internasional menyebutkan bahwa Putin secara perlahan lahan memusatkan kekuasaannya di Kremlin sebagaimana Uni Soviet dahulu. Salah satu langkahnya dapat dibaca dari pernyataannya dengan mengatakan bahwa kejatuhan Uni Soviet adalah sebuah tragedi nasional.

Di masa pemerintahannya, Putin dikenal cukup represif terhadap umat Islam di Rusia. Tercatat oleh Hizbut Tahrir pada tahun 2012, pemerintah Rusia malah menolak bahkan menangkapi aktivis  Islam. Dalam keterangan pers Kementerian Dalam Negeri Rusia (12/11) mereka menyatakan menangkap 6 orang anggota Hizbut Tahrir Rusia dengan tuduhan terorisme dan memiliki sembilan granat dan senjata. Merespon tuduhan keji tersebut, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto menyatakan tudingan itu sebagai tudingan dusta yang sangat nyata.

“Semua orang tahu bahwa Hizbut Tahrir (HT) dimanapun termasuk di Rusia, sama sekali tidak pernah menggunakan kekerasan dalam memperjuangkan tegaknya kembali kehidupan Islam dibawah naungan khilafah,” ujarnya saat aksi Kamis (29/11) di depan Kedubes Rusia, Rasuna Said, Jakarta. Bukan kali ini saja pemerintah Rusia bertindak semena-mena terhadap para aktivis dakwah dan umat Islam pada umumnya di Rusia. Seperti negara Eropa lainnya, rezim Rusia juga melarang hijab di sekolah-sekolah, diantaranya di Stavropol di bagian selatan Rusia. Tidak hanya itu, lanjut Ismail, pada 17 oktober lalu, aparat keamanan secara brutal juga telah melakukan pengeledahan terhadap masjid al-ikhlas di kota Kazan dan rumah imam masjid itu dengan tudingan berhubungan dengan Hizbut Tahrir.

“Mereka menangkap 20 orang aktivis HT Rusia dengan tuduhan melakukan aksi terorisme, pemilikan senjata dan amunisi,” pungkasnya. Berkenaan dengan itu, ujar Ismail, Hizbut Tahrir Indonesia menuntut pembebasan anggota Hizbut Tahrir Rusia yang ditangkap dan membersihkan mereka dari segala tudingan keji. Ia pun menyerukan kepada umat Islam, khususnya wilayah Rusia untuk berpegang teguh pada tali agama Allah Swt. “Tetap terikat dengan manhaj Islam, meneriakkan kebenaran dan lantang tanpa takut menentang rezim dzalim dan jahat, serta berjuang dengan sungguh-sungguh dan ikhlas menegakkan Khilafah Islamiyah,” serunya.

Delegasi Hizbut Tahrir Indonesia yang berusaha untuk masuk dan berdialog dengan Duta Besar Rusia, tidak diijinkan masuk ke dalam kantor Kedubes Rusia.”Kami datang tanpa kekerasan, tapi mereka tidak merespon niat baik kami, mereka penakut, mereka pengecut,” ujar Jubir HTI.

“Seharusnya mereka menerima seruan Hizbut Tahrir yang mengajak pada Islam dan menerapkan ideologi Islam,” ungkap Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Rokhmat S. Labib kepada mediaumat.com di sela-sela aksi ‘Menuntut Pembebasan Aktivis HT Rusia’, menguatkan pernyataan Jubir HTI.

Atau setidaknya, lanjut Rokhmat, mau mendengar dan berdiskusi dengan aktivis HT agar mendapat pencerahan tentang betapa hebatnya idelogi Islam. Pasalnya, Rusia adalah negara bekas Uni Sovyet yang telah gagal menerapkan ideologi Sosialisme. Rusia juga bisa melihat dengan jelas bahwa ideologi kapitalisme yang diterapkan Amerika diambang kehancuran. “Kalau mau berfikir, mestinya Rusia sadar bahwa ideologi buatan manusia menyebabkan kehancuran, sebagaimana yang ditunjukkan sosialisme/komunisme dan kapitalisme,” pungkasnya di tengah-tengah sekitar 300 massa yang berdemo.

Dalam kesempatan itu, Kedubes Rusia menolak menerima delegasi HTI. Pemerintah Rusia berulang kali menangkapi aktivis Islam yang menyerukan pada Islam dan penerapan ideologi Islam, terakhir pada Sabtu (17/11) di Kota Kazan, pemerintah menangkap 20 aktivis (mediaumat.com).

Pun catatan terbaru 2014 lalu, ketika pengadilan distrik Kirovsky St. Petersburg telah menangkap enam anggota organisasi Hizbut Tahrir.  Mereka dijadikan tersangka dan ditahan oleh Dinas Keamanan Federal selama operasi pada Selasa pagi, 24 Juni 2014, tanpa bukti kejahatan yang jelas.

Para pejabat pengadilan mengatakan kepada Itar-Tass bahwa semua tersangka telah ditahan selama enam minggu. Anehnya, tuduhan mereka hanya berdasarkan artikel tentang pengendalian kegiatan organisasi teroris dalam kasus pidana yang diprakarsai oleh Departemen Layanan Keamanan Federal wilayah St. Petersburg pada bulan November 2011 (http://en.itar-tass.com/russia/737918/26/06/2014).

Tentu menggelikan jika mereka ditangkap hanya didasarkan pada tulisan pihak keamanan pemerintah, sementara para aktivis Hizbut Tahrir tidak pernah terbukti sedikit pun melakukan aksi-aksi kriminalitas, apalagi aksi-aksi yang menjurus pada tindakan terorisme. Ini karena, Hizbut Tahrir sejak berdirinya tahun 1953 sampai sekarang tak pernah sedikitpun menjadikan aksi kekerasan dan jihad sebagai metode untuk menegakkan syariah dan Khilafah yang sedang diperjuangkannya. Hal itu dilakukan semata-mata mengikuti manhaj dakwah Rasulullah saw. di Makkah sebelum berdirinya Daulah Islam di Madinah, yang memang tak pernah sedikit pun melakukan aksi-aksi kekerasan.

Oleh karena itu, apa yang dilakukan oleh Pemerintahan Rusia dan sejumlah penguasa yang memerangi Hizbut Tahrir sesungguhnya menunjukkan kekalahan intelektual mereka sekaligus menunjukkan ketakutan mereka yang besar atas tegaknya syariah dan Khilafah yang diperjuangkan Hizbut Tahrir yang akan menghapus dan melenyapkan kekuasaan dan hegemoni mereka, khususnya atas Dunia Islam (hizbut-tahrir.or.id).

Kaitannya dengan peresmian masjid, sungguh peresmian masjid bagi umat Islam adalah suatu peristiwa biasa. Namun menjadi sangat luar biasa ketika yang meresmikan adalah Presiden Vladimir Putin. Seorang penganut Kristen Ortodoks, yang juga seorang presiden negara adidaya komunisme. Surprise bukan?

Apakah Putin Akan Menjadi Raja Najasyi Abad 21?

Memang tindakan Putin ini bisa disikapi oleh umat Islam dengan berbagai spekulasi. Pun dengan berbagai asumsi. Namun lepas dari semua itu, penulis hendak sedikit berbagi semangat terlebih dahulu. Karena bukan tidak mungkin, tindakan Putin ini sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Raja Najasyi belasan abad silam, saat menolong umat Islam dari Makkah, dengan memberi mereka suaka politik berupa penyelamatan akidah Islam, dan jaminan keamanan untuk tinggal di negerinya, Habsyah (Etiopia sekarang).

Di masa itu, kaum kafir Quraisy menyadari bahwa perlawanan terhadap dakwah dengan menggunakan cara penganiayaan terhadap kaum muslimin tidak membawa hasil. Maka mereka beralih dengan cara lain, yaitu dengan senjata propaganda memusuhi Islam dan kaum Muslim di mana-mana, baik di dalam kota Makkah maupun di luar Makkah, seperti di Habsyah. Saat mendengar bahwa sebagian kaum Muslim hijrah ke Habsyah, mereka segera mengirim dua orang utusan untuk menyebarkan isu menentang kaum Muslim di hadapan Raja Najasyi, sehingga dia akan mengusir dari negerinya. Dua orang utusan itu adalah ‘Amru bin ‘Ash dan ‘Abdullah bin Rabi’ah.

Keduanya tiba di Habsyah, dan segera mempersembahkan hadiah kepada pasukan pengawal Raja Najasyi agar mereka membantu keduanya untuk memulangkan kembali kaum Muslim ke Makkah. Kemudian keduanya menghadap Raja Najasyi dan berkata, “Wahai Paduka Raja, anak-anak bodoh dari golongan kami telah melarikan diri dan berlindung di negeri anda. Mereka adalah kaum pemecah belah agama kaum mereka sendiri. Mereka tidak akan masuk ke dalam agama anda. Mereka datang dengan membawa agama yang mereka buat-buat sendiri. Kami tidak mengetahuinya demikian juga anda. Orang-orang mulia dari kaum mereka, bapak-bapak mereka, paman-paman mereka, dan keluarga-keluarga mereka telah mengutus kami berdua menghadap anda, agar anda mengembalikan mereka kepada kaumnya. Kaum mereka lebih tinggi dan lebih mengetahui kekurangan-kekurangan mereka.”

Kemudian Raja Najasyi memutuskan untuk mendengar langsung dari kaum Muslim tentang pendapat mereka dalam hal tersebut. Dia meminta wakil dari kaum Muslim dan setelah wakil itu hadir, maka Raja Najasyi bertanya, “Agama apa ini yang telah memisahkan diri dari kaum kalian, dan dengan agama itu pula kalian tidak akan masuk ke dalam agamaku, juga ke dalam agama siapa pun dari berbagai milah yang ada?”

Ja’far bin Abi Thalib memberikan jawaban dengan menjelaskan keadaan mereka di masa Jahiliah beserta sifat-sifat mereka. Kemudian menjelaskan tentang hidayah yang dibawa Islam dan perubahan keadaan mereka setelah masuk Islam. Ja’far juga memaparkan bagaimana kejamnya siksaan kaum Quraisy kepada mereka, “Tatkala mereka menindas, menganiaya, membatasi ruang gerak, dan berusaha memisahkan kami dengan agama kami, maka kami keluar menuju ke negeri anda. Kami memilih anda dari pada yang lain, dan kami berharap dapat bertetangga dengan anda. Kami juga mengharap tidak mendapatkan penganiayaan dari sisi anda.” Raja Najasyi kembali bertanya kepada Ja’far, “Apakah engkau membawa sesuatu yang datang bersama Rasul kalian yang berasal dari Allah yang bisa kalian bacakan kepadaku?” “Ya ada,” jawab Ja’far.

Kemudian dia membacakan kepadanya surat Maryam dari bagian awal hingga firman Allah: “Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?’ [Tiba-tiba] Isa berkata, ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikanku seorang nabi. Dan Dia menjadikanku seorang yang diberkati di mana saja aku berada dan Dia memerintahkanku [mendirikan] salat dan [menunaikan] zakat selama aku hidup dan berbakti kepada ibuku. Dan Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, serta pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.’” (TQS. Maryam [19]: 29-33).

Sewaktu para pembesar istana mendengar ayat ini, mereka berkata, “Ini adalah kata-kata yang keluar dari sumber yang sama, yang menjadi sumber kata-kata junjungan kita al-Masih.” Raja Najasyi lalu berkata, “Demi Dzat yang ‘Isa datang dengan kata-kata ini, sesungguhnya ini benar-benar keluar dari sumber yang satu.” Setelah itu Raja Najasyi menoleh kepada dua utusan kafir Quraisy dan berkata kepada keduanya, “Pulanglah kalian berdua! Demi Allah, saya tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian berdua.”

Dua orang utusan itu keluar dari ruang pertemuan Najasyi dan keduanya berpikir untuk menggunakan cara lain, hingga pada hari kedua ‘Amru bin ‘Ash kembali menemui Najasyi dan berkata kepadanya, “Kaum Muslim benar-benar membicarakan ‘Isa bin Maryam dengan kata-kata buruk dan kotor!, maka kirimlah seseorang kepada mereka dan tanyakan kepada mereka apa yang akan mereka ungkapkan tentang hal itu”. Lalu Najasyi mengirim utusan kepada kaum Muslim dan menanyakan pendapat mereka mengenai ‘Isa. Maka Ja’far menjawab, “Kami berkata mengenai ‘Isa sesuai dengan apa yang kami peroleh dari Nabi kami. Beliau mengatakan bahwa ‘Isa adalah hamba Allah, utusan Allah, ruh Allah, dan kalimat Allah yang dihembuskan kepada Maryam, perawan suci.” Raja Najasyi kemudian mengambil sepotong kayu dan membuat garis di atas tanah seraya berkata kepada Ja’far, “Antara agama kalian dan agama kami (perbedaannya) tidak lebih dari garis ini.” Maka dua orang utusan kafir Quraisy keluar lalu pulang ke kota Makkah. Demikianlah, berbagai propaganda menemui kegagalan dan tenggelam. Kekuatan kebenaran yang diserukan Rasul saw dengan amat gamblang, dan tampak pada lidah beliau, mengungguli seluruh propaganda busuk. Cahaya Islam yang baru terbit mampu menceraiberaikan semua isu dan propaganda.

Khatimah: Peresmian Masjid, Euforia Sesaat

Demikian kisah Raja Najasyi. Bagi penulis, sebenarnya tak layak menyamakan peran Putin yang hanya meresmikan masjid dibandingkan peran penting Raja Najasyi dalam memberi suaka penyelamatan akidah umat Islam. Mengingat, Rusia kini bagaimanapun adalah sebuah Darul Kufur. Keselamatan dan keamanan kaum muslimin di Rusia bisa saja “disuap” dengan peresmian masjid. Artinya, keselamatan dan keamanan kaum muslimin Rusia tak semata bisa terandalkan hanya dengan peresmian masjid. Karena bukan tidak mungkin, ini menjadi langkah atau corak politik baru yang tengah diluncurkan, di tengah gelombang kencang masuk Islamnya masyarakat Eropa. Yang dengan kata lain, isu Islamphobia jelas gagal sudah, dan Islam sebagai dienul haq menjadi tak terbantahkan.

Firman Allah Swt berikut ini selayaknya kita pegang teguh: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah ridho kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).’ Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (TQS Al-Baqarah [02]: 120).

Pun bisyarah dari Rasul saw tentang tegaknya Khilafah yang kedua: “Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” Beliau kemudian diam.” (HR Ahmad dan al-Bazar).

Wallaahu a’lam bish showab []