Kamis, 07 November 2013

Petisi Tolak Miss World, Suara Mayoritas yang Diabaikan

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si

Miss World 2013 telah usai. Tak pelak, babak baru liberalisasi peradaban manusia pun dimulai. Ya, kompetisi ratu sejagat Miss World yang dihelat di Bali akhirnya rampung, dengan mendaulat Megan Lynne Young, Miss Filipina, sebagai Miss World 2013. Selama masa karantina di Bali, pihak penyelenggara Miss World 2013 yakni Miss World Indonesia Organization kerap kali menuai kontroversi berupa protes keras, termasuk yang berujung pada peralihan lokasi malam puncak penjurian. Rencana awalnya, acara akan berlangsung di Sentul, Jawa Barat, tetapi akhirnya diputuskan agar seluruh kegiatan Miss World dipusatkan di Pulau Dewata. Meskipun mengalami perubahan, ajang Miss World 2013 tak terpuruk (female.kompas.com, 29/09/2013).

Setelah menuntaskan malam Grand Final di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Nusa Dua, Sabtu (28/9/2013), para petinggi dari organisasi Miss World terus menyanjung bahwa Indonesia merupakan host terbaik dari seluruh perhelatan Miss World sudah digelar selama 63 tahun belakangan. “Saya sangat puas dengan acara Miss World di Bali. Pihak penyelenggara sangat kooperatif, semua orang selalu ramah, kerja sama yang menyenangkan. Selama 63 tahun menyelenggarakan Miss World, Indonesia adalah host terbaik dibandingkan negara lain,’’ tandas Julia Morley, Chairman Miss World Organization kepada Raffi Ahmad sebelum mengikuti coronation dinner, seperti yang ditayangkan oleh RCTI, waktu setempat (female.kompas.com, 29/09/2013).

Dan yang tak kalah spektakuler, kontroversi latar belakang Megan mau tak mau turut mewarnai kemenangannya. Sebelum terpilih menjadi Miss Filipina, Megan Young sudah terjun ke dunia entertain. Bahkan, perempuan seksi ini pernah berpose topless untuk majalah pria dewasa Rogue edisi Maret 2012 (tabloidbintang.com, 28/09/2013). Meski demikian, kontroversi atas foto-foto “syur” Megan tidak menghentikan langkahnya untuk meraih anugerah sebagai Miss World 2013, menggantikan Miss World 2012, Yu Wenxia, asal China (sosok.kompasiana.com, 28/09/2013).

Kontes ‘Body’, Dustai Umat Islam

Sejatinya, masyarakat muslim Indonesia telah angkat bicara. Karena topless-nya Megan bukan foto pribadi. Melainkan foto untuk dikonsumsi khalayak untuk menikmati keindahan fisiknya. Sementara itu, statusnya sebagai pemenang Miss World jelas akan meneguhkannya sebagai idola baru dunia. Bayangkan saat tayangan Miss World disaksikan oleh masyarakat dunia, minimal 140 negara pemegang hak siarnya. Belum lagi jika ada yang menyiarkan ulang. Bukankah ini penyebaran kemaksiatan yang efektif dan efisien? Toh setelah kontes ini, dijamin para pengusaha dunia fashion, kosmetik, media massa hingga production house sudah antre untuk mengontrak para kontestan, khususnya pemenangnya, sebagai bintang promosi berbagai produk mereka.

Terpilihnya Megan Young yang profesinya adalah model majalah porno menjadi bukti ke sekian kali bahwa Miss World adalah kontes kecantikan yang hanya menilai perempuan dari “body” semata. Jelas bahwa kontes Miss World tetap pada jargonnya semula yang tak bisa lepas dari urusan mencari penampilan fisik yang seksi. Kalau pun di Indonesia, ajang ini bisa terselenggara tanpa ada huru-hara soal ketidak-pantasan berpakaian, bisa jadi hal ini karena sudah tercapai kesepakatan antara panitia penyelenggara dengan pihak Miss World Organization yang dipimpin Chairman Julia Morley.

Apa boleh buat, kontes Miss World nampaknya memang tidak memberi ruang apresiasi pada masalah moral kepribadian para kontestannya. Ironisnya lagi, juri-juri asal Indonesia pun seolah tak berdaya, dan seakan tak memiliki kemampuan untuk menyuarakan perihal kontroversi Megan Young ini. Padahal, seharusnya juri-juri asal Indonesia berkomitmen, menegakkan prinsip-prinsip ketat dalam penjurian, termasuk menelaah temuan negatif terkait foto-foto “syur” tersebut.

Di sejumlah jejaring sosial dan jurnalisme warga, kontroversi foto seronok Megan disebut-sebut menjadi sebuah cacat atas kesuksesan pergelaran Miss World 2013. Cacat, karena ternyata, pemenang Miss World 2013 ini tidak dapat menjaga harkat dan martabat diri dalam perjalanan karirnya. Memang, meski 130 kontestan Miss World 2013 mengganti pakaian bikini dengan sarong Bali dalam sesi Beach Fashion, dan mengenakan gaun fantastik karya desainer-desainer kondang Indonesia dalam berlenggak-lenggok di atas catwalk. Namun tak ayal, tata krama kesopanan ini sedikit “terkoyak” dengan temuan foto-foto “panas” Megan di dunia maya. Meski memiliki jiwa sosial tinggi dan empati kemanusiaan yang sudah dibuktikannya, kemenangan Megan Young ternoda dengan beredarnya foto-foto “panas” dirinya yang saat ini pasti sudah beredar ke seluruh dunia. Sepatutnya kemenangan Megan “dikaji ulang” atau bahkan kalau perlu dibatalkan (sosok.kompasiana.com, 28/09/2013).

Terlepas dari segala uraian di atas, Miss World 2013 telah membuktikan karakter aslinya. Alasan panitia yang berani menjamin ketiadaan kontes bikini sebagai puncak pamer aurat, ternyata tak sepenuhnya dapat dipercaya. Kontes bikini memang tak ada, tapi pamer aurat tetap ada. Kriteria Brain dan Behaviour atau apa pun istilahnya hanya kedok untuk menampilkan kontes ini lebih elegan, agar menarik perhatian publik. Meski ditampilkan seolah-olah kontestan juga dinilai kepintaran, wawasan dan perhatiannya pada soal-soal kemanusiaan, toh yang terpilih tetap yang paling dianggap sempurna fisiknya. Yakni seorang model majalah porno. Atau setidaknya ini menegaskan bahwa dalam kontes ini perilaku tak bermoral yang dilakukan oleh kontestan tak menghalanginya untuk mendapatkan mahkota sebagai ratu kecantikan dunia.

Rangkaian Isi Surat Tolak Miss World




Sejumlah surat, petisi dan pengumpulan tanda tangan mendukung penolakan Miss World datang dari berbagai komunitas di seluruh Indonesia, melalui kantor pusat Muslimah HTI di Tebet, Jakarta Selatan. Tercatat, 64 paket tolak Miss World datang dari berbagai propinsi, kota, kabupaten, bahkan kecamatan. Mulai dari wilayah Jabodetabek, Bandung, Semarang dan kota-kota lain di Jawa Tengah, berbagai kota dan kecamatan di Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Gorontalo, termasuk Bali, propinsi tempat pelaksanaan Miss World.

Penolakan berasal dari mubalighoh, jamaah majelis ta’lim, guru, karyawati, PNS, ibu rumah tangga hingga pelajar dan mahasiswa. Mereka adalah kalangan yang peduli dengan umat ini. Peduli dengan kelangsungan hidup generasi. Mereka sadar dan tak ingin generasi mendatang rusak dengan momen Miss World. Ini telah menguatkan fakta, bahwa Miss World adalah skandal yang sudah jelas kekeliruannya sejak awal. Dan tentu saja, makin membuka mata kita tentang Miss World dengan cikal-bakalnya sebagai kontes bikini di Inggris tahun 1952, yang memamerkan kemolekan tubuh perempuan.

Serangkaian surat umat Islam yang ditujukan kepada para anggota dewan yang terhormat di Komisi IX DPR RI agar membatalkan Miss World, telah masuk melalui kantor pusat MHTI. Diantara surat tersebut, yang menarik adalah paket dari salah seorang staf pengajar di Fakultas Tarbiyah dan Adab, IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten. Dosen yang bersangkutan menuliskan salah satu soal dalam lembar ujian akhir semester (UAS) tentang Miss World. Para peserta UAS diminta untuk menuliskan pendapat mereka tentang Miss World sebagai surat pernyataan menolak Miss World. Surat-surat tersebut antara lain berisi:
  1. Bertentangan dengan syariat Islam, di mana Indonesia berpenduduk muslim terbesar di dunia
  2. Perendahan dan pelecehan martabat/harga diri kaum perempuan saat mengenakan busana yang membuka aurat
  3. Bentuk eksploitasi perempuan dengan mereka berlenggak-lenggok di panggung, karena secara jelas ini menjadikannya sebagai alat promosi produk demi kepentingan bisnis
  4. Merusak generasi dan memicu tindakan asusila, seperti pemerkosaan, karena dilihat oleh banyak pasang mata khususnya kaum adam
  5. Menjadi bentuk idola baru bagi masyarakat untuk ditiru, khususnya oleh anak-anak perempuan
  6. Miss World adalah jalan penjajahan dan liberalisasi budaya
Miss World sungguh telah mengecewakan dan melukai masyarakat Indonesia yang mayoritas kaum muslimin. Lihatlah, umat bukan tak pernah peduli. Umat bukannya tak sadar. Umat bukannya tak berpikir. Umat bukan tak pernah menyuarakan kebenaran. Umat bukan tak pernah ber’amar ma’ruf nahyi mungkar. Tapi mereka tak pernah didengar.

Umat Tak Boleh Tertipu Lagi

Terbukti ‘kan, konsep 3B yang senantiasa didengungkan dan diagungkan dalam kontes ini jelas merupakan konsep dusta untuk membungkus Miss World dan semacamnya agar diterima masyarakat. Kita tentu bertanya-tanya, dalam kontes yang hanya dilakukan beberapa hari, bagaimanakah menilai kecerdasan, kecantikan, dan kepribadian? Yang dinilai hanyalah satu konsep saja, yakni kecantikan. Maka, mendukung ajang ini sama saja dengan melanggengkan penjualan tubuh perempuan. Jika untuk menjadi pintar seorang perempuan harus menjadi cantik dulu, maka betapa sulitnya menjalani kehidupan ini. Apalagi tidak setiap perempuan bisa ikut kontes Miss World. Maka tak diragukan lagi, penyelenggaraan Miss World jelas-jelas mengukuhkan otentisitas kontes ‘body’ belaka. Payahnya, selain tahun 2013 ini, Indonesia dikabarkan akan dipercaya kembali menjadi tuan rumah Miss World berikutnya di tahun 2015 (http://www.citizenjurnalism.com/hot-topics/2013-indonesia-menjadi-tuan-rumah-miss-world/). Wow, bukankah ini lipstick pembohong publik? Pasalnya, pasca-Miss World 2013, Indonesia harus bersiap dengan babak baru liberalisasi tatanan kehidupan masyarakatnya yang mayoritas kaum muslimin.

Realita ini harus diketahui oleh masyarakat luas agar tidak tertipu lagi dengan propaganda yang gencar dilontarkan pihak penyelenggara untuk mendapat dukungan dari publik Indonesia. Kontes-kontes kecantikan semacam ini jelas racun berbahaya bagi generasi umat karena:
  1. Kontes Miss World hanya promosi gaya hidup porno dan gelimang kemewahan. Dampak buruknya terhadap generasi nampak pada semakin banyaknya anak-anak yang menjadi pecandu pornografi, pelaku pergaulan bebas, menjadi pelacur untuk mendapatkan barang-barang mewah dan bercita-cita menjadi artis dan model agar cepat terkenal dan kaya.
  2. Kontes-kontes kecantikan dapat menghalangi lahirnya generasi khairu ummah. Tanpa disadari akan menjauhkan dari uswah hasanah seorang muslim. Karenanya, harapan kita untuk memiliki generasi yang mengharumkan identitas Islam dengan keunggulan karakter, perilaku dan karya intelektualitasnya akan berganti dengan lahirnya generasi yang dicatat dunia sebagai penghasil kepornoan dan pelaku pelecehan seksual. Naudzu billah.
Lebih memprihatinkan kita, pendidikan di keluarga dan kurikulum sekolah saat ini tidak mampu mencegah dampak buruk tersebut. Karenanya kita butuh tegaknya Khilafah Islamiyah yang tidak akan memberi sedikit pun jalan bagi hadirnya kontes-kontes kecantikan yang merusak begini. Wallaahu a’lam bish showab []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar